Berkaca dari Venna Melinda, Haruskah Istri Maafkan Suami KDRT?

Berkaca dari Venna Melinda, Haruskah Istri Maafkan Suami KDRT?

JawaPos.com – Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami selebriti Venna Melinda oleh sang suami, Ferry Irawan, kini sudah bergulir di ranah hukum ditetapkan sebagai tersangka. Para netizen memuji keberanian Venna Melinda untuk berbicara atau speak up, dan mendesaknya menggugat cerai Ferry Irawan. Berkaca dari kasus Venna, haruskah istri memaafkan suami?

Laman Our Everyday Life, menyebutkan pasangan yang kasar menggunakan banyak taktik untuk mempertahankan kekuasaan dan kendali atas pasangan mereka. Pelecehan dapat berupa fisik, emosional, verbal, finansial, dan seksual. Situasi itu cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Setiap korban KDRT memiliki pilihan memilih untuk tetap bertahan atau meninggalkan pasangan karena berbagai alasan. Baik ingin mengakhiri atau melanjutkan hubungan, hal itu diserahkan kepada masing-masing individu.

Haruskah Memaafkan?

Korban KDRT umumnya menderita trauma. Efek trauma termasuk depresi, kecemasan, kewaspadaan berlebihan, penurunan harga diri, gangguan tidur dan penyakit fisik. Konselor atau terapis berusaha mengelola efek pelecehan

Ditinjau secara medis oleh Psikolog Kendra Kubala, PsyD, Psikologi, pengampunan memiliki banyak efek positif. Tetapi memaafkan seseorang yang melecehkan Anda adalah keputusan pribadi dan keputusan yang dibuat untuk kesehatan Anda.

“Sama seperti melepaskan tidak sama dengan melupakan, begitu pula dengan memaafkan. Memaafkan pelaku tidak sama dengan berdamai,” tegasnya seperti dilansir dari Psychcentral, Minggu (15/1).

“Memilih untuk memaafkan pelaku hanya demi kesehatan Anda baik mental maupun fisik, dan lakukan saat Anda merasa siap,” tambahnya.

Sebuah studi tahun 2015 menunjukkan bahwa proses memaafkan dapat membantu pemulihan dari pelecehan dengan mengurangi stres dan kecemasan yang terkait dengannya. Dengan kata lain, memaafkan dapat membantu Anda dalam perjalanan melepaskan.

“Belajar memaafkan pelaku dapat berarti mencoba melepaskan hal-hal negatif daripada memikirkannya,” jelasnya.

Kesimpulannya, dengan memaafkan pelaku, bukan berarti korban harus berdamai tetapi proses memaafkan dapat membantu seseorang mampu bergerak maju dan melepaskan stres dari ketakutan dan kecemasan. Pasalnya, ada hubungan antara memaafkan, dan kesehatan mental dan fisik Anda, menurut penelitian tahun 2017.

“Pengampunan adalah hadiah yang Anda berikan pada diri Anda sendiri yang memungkinkan Anda meninggalkan beban emosional dari pelecehan di masa lalu,” ungkapnya.

Editor : Nurul Adriyana Salbiah

Reporter : Marieska Harya Virdhani


Credit: Source link

Related Articles