Fenomena Segmentatif, Tidak Semua Bisa Diterima di Senior Living

Fenomena Segmentatif, Tidak Semua Bisa Diterima di Senior Living

JawaPos.com – Mampu membayar tidak menjadi satu-satunya ukuran bagi Sasana Tresna Werdha (STW) RIA Pembangunan untuk menerima penghuni baru. Bak masuk kampus negeri favorit, seleksinya panjang dan susah.

Kepala STW RIA Pembangunan Ibnu Abas mengakui bahwa prosedur untuk bisa tinggal di senior house (istilah lain senior living) yang berada di kawasan Cibubur, Jakarta, itu memang ketat. Ada formulir yang harus diisi oleh para calon penghuni. Dua syarat utama yang harus dipenuhi adalah tidak memiliki gangguan jiwa dan tidak mengalami demensia berat.

Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Yusar menyatakan, paradigma masyarakat Indonesia terhadap senior living atau senior house mulai berubah. Jika tadinya tak dilirik karena bisa memantik pandangan negatif terhadap keluarganya, senior living kini lebih diminati. Itu supaya kebutuhan komunikasi mereka terpenuhi.

Bukan hanya lansia, anak-anak muda pun kini mulai mereka-reka masa tua mereka sebagai penghuni senior living.

Lansia yang tergolong baby boomers akhir pun punya pemikiran bahwa anak tidak berkewajiban mengurus orang tuanya. Namun, hanya segmen kelas menengah progresif yang berpikiran seterbuka itu. ”Sekali lagi, fenomena ini masih segmentatif,” pungkas Yusar.

KREATIF: Sinta mengisi waktu luang dengan menggambar Rabu (22/2) lalu. (IMAM HUSEIN/JAWA POS)


Credit: Source link

Related Articles