MANGUPURA, BALIPOST.com – Kelompok Nelayan Wanasari, Kelurahan Tuban, menerapkan apartemen kepiting sebagai sistem budi daya kepiting bakau. Teknologi terbarukan yang diberikan Dinas Perikanan Kabupaten Badung ini dinilai efektif dalam hal penggemukan kepiting.
Ketua Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, I Made Sumasa belum lama ini mengungkapkan, sistem apartemen kepiting sudah banyak diterapkan di negara-negara maju. Namun, sistem ini masih jarang digunakan pembudi daya kepiting bakau di Indonesia.
Apartemen kepiting punya banyak keuntungan. Selain hemat lahan, sistem ini juga mampu meminimalkan resiko angka kematian kepiting akibat kanibalisme, memaksimalkan upaya penggemukan maupun pengontrolan pakan, serta mencegah potensi gangguan eksternal. Di masa panen sistem ini juga akan memudahkan nelayan.
Sebelum menerapkan sistem apartemen kepiting, pihaknya menggunakan metode silvofishery yang tergolong konvensional. Metode ini memanfaatkan keramba jaring tancap pada area pembesaran kepiting di habitat asli kepiting bakau.
Dijelaskannya lebih lanjut, apartemen kepiting merupakan susunan box yang ditata secara vertikal layaknya bangunan apartemen. Tiap box berisi satu ekor kepiting. Air input yang sudah diolah akan memenuhi kebutuhan kepiting untuk hidup. Sementara, kotoran kepiting dikeluarkan melalui sirkulasi air yang dikelola melalui filtasi RAS. “Hal ini bertujuan untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan kepiting, dan mengurangi jumlah penggunaan air sehingga kualitas air tetap terjaga,” ujar Sumasa.
Dalam hal ini, pihaknya memanfaatkan 420 box anakan kepiting bakau, dari 504 box yang diberikan Dinas Perikanan. Ukuran kepiting pada tiap box memiliki berat sekitar 140 ons. Dengan adanya sistem ini, pihaknya optimis kepiting siap panen yang berukuran 250 gram dapat dicapai dalam tiga bulan ke depan. (Dedi Sumartana/balipost)
Credit: Source link