“Untuk kendaraan listrik sebagai industri sebenarnya sangat sulit,” kata Eibach saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Wilfred Eibach mengatakan banyak industri merosot karena perkembangan kendaraan listrik tersebut, seperti manufaktur knalpot yang kita tidak diperlukan karena mesin mobil menggunakan listrik.
“Jadi sekarang yang sisa hanya, ban, velg, suspensi dan semacam kaca film,” kata Eibach.
Baca juga: Produk “aftermarket” otomotif Indonesia siap pameran di Jepang
CEO Asia Pacific Eibach Group Benjamin Keogh menyatakan bahwa mereka telah memiliki produk untuk mobil listrik yang masih membutuhkan penyesuaian.
“Sebenarnya kami sudah menyesuaikan untuk produk yang namanya Pro Kit itu yang lagi disesuaikan karena dibandingkan dengan mobil biasa, mobil listrik cenderung lebih berat dan juga titik tumpunya itu lebih tinggi,” kata Keogh.
Dia mengatakan bahwa penyesuaian juga perlu dilakukan untuk bahan dan kawat yang dipakai. Rekanan Eibach Group di Indonesia, Mega Arvia juga turut melakukan penyesuaian dengan maraknya kendaraan listrik di Indonesia.
“Mereka (kendaraan listrik) tetap menggunakan ban, velg, suspensi, dan masih membutuhkan perawatan mengenai mobil terutama bagian eksterior. Jadi, mungkin mengenai cat, kaca film, itu kedepannya masih dibutuhkan,” kata Direktur Utama Mega Arvia Yudhi Budhitresno.
Baca juga: Kemenparekraf dukung pengembangan produk “aftermarket” otomotif
Baca juga: Jangan asal modifikasi velg jika tidak ingin mengundang bahaya
Baca juga: 300 mobil listrik pertama Xiaomi siap masuk dapur produksi
Pewarta: Rina Nur Anggraini
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Credit: Source link