DENPASAR, BALIPOST.com – World Travel & Tourism Council menempatkan Bali sebagai destinasi yang mengalami kelebihan turis atau istilahnya overtourism
sepanjang Januari-November 2023. Indikasi overtourism terlihat dari meningkatkan kemacetan terutama di kawasan Bali Selatan.
Infrastruktur publik yang buruk disinyalir menjadi penyebab. Selain itu, ketimpangan pengembangan wisata antara selatan dan utara Pulau Bali.
Menurut Pengamat Pariwisata, Panudiana Khun, sumber permasalahan kemacetan yang .enimbulkan kesan Bali overtourism adalah infrastruktur jalan, sedangkan fasilitas hotel cukup memadai karena jumlah kamar mencapai 156 ribu. “Airport masih muat kalau cuma 7 juta turis plus domestiknya 20 juta, masih muat, kemarinkan 15 juta dengan domestik. Yang engga muat itu jalannya, terutama masuk ke airport,” ujarnya.
Kemacetan yang terjadi saat libur Tahun Baru, menurutnya karena periode peak dan tidak diprediksi oleh pemerintah. “Yang banyak itu domestik, tapi hotel
belum penuh sekali sementara jalan tidak bisa menampung. Sebelum pandemi saja, okupansi hotel saat akhir tahun hanya 55 persen. Bali utara, timur, barat
itu belum penuh, yang bagus okupansinya hanya Sanur, Nusa Dua, Kuta, Ubud, okupansinya 95 – 100 persen,” tandasnya.
Panudiana membandingkan Bali dengan Singapura yang luas wilayahnya lebih kecil, namun dapat menampung jumlah wisatawan yang lebih banyak
yaitu 18 juta turis, maka ia optimis Bali dapat menerima
kunjungan wisatawan dengan target yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat. “Wilayahnya kecil, lebih kecil dari Bali cuma dia menangnya di infrastruktur
dan airport,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Sandiaga Uno menyebutkan bahwa overtourism terjadi karena wisatawan menumpuk di Bali Selatan. Hal ini mengakibatkan infrastruktur yang tersedia saat ini tidak mampu menampung kedatangan wisatawan.
“(Overtourism) di Bali menjadi catatan, kita giat promosikan, di satu sisi langkah koordinasi harus ditingkatkan, di antaranya bagaimana wisatawan tidak
hanya menumpuk di Bali Selatan saja,” kata Sandiaga Uno dikutip dari Kantor Berita Antara.
Jika Bali ingin meningkatkan kedatangan wisatawan, dengan kapasitas yang ada saat ini, menurut Panudiana masih memungkinkan. Namun, quality service Bali yang perlu ditingkatkan, termasuk di airport dan mengatasi
kemacetan.
Ia berharap, dengan pungutan USD 10 nantinya, pelayanan terhadap turis seperti pelayanan di airport, VOA tidak antri dan memberi kenyamanan terhadap wisatawan. “Terutama urusan transportasi, keamanan, sampah, macet. Kalau hotel sudah siap,” ujarnya.
Meskipun jumlah kunjungan ditingkatkan, namun quality service harus menjadi utama. “Quality service dulu, baru menuju pariwisata berkualitas. Bandara Ngurah Rai masih bisa menampung sebenarnya, karena landasan
pacu satunya, makanya mengantri, jadi perlu satu landasan lagi. Singapura punya 2 landasan pacu,” ujarnya.
Ia khawatir, jika tak ada perbaikan dengan kualitas layanan pariwisata Bali, akan ditinggalkan dan turis lari
ke negara tetangga karena harganya hampir sama. (Citta Maya/balipost)
Credit: Source link