Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (ilustrasi).
Jakarta, Jurnas.com – Para penyandang disabilitas mengapresiasi program one way selama arus mudik Lebaran 1440 H/2029.
“Kebijakan One Way Arus Mudik tentu memperbaiki kualitas jarak tempuh, yang dapat mengurangi kerentanan para pemudik anak, disabilitas dan lansia. Kami sangat mengapresiasi rencana dan inisiatif yang akan dilakukan, karena demi kepentingan terbaik para pemudik anak, disabilitas dan lansia,” kata Koordinator Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD) Catur Sigit Nugroho di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Namun, lanjut Catur, tetap saja penyelenggara jasa tol dan rest area harus memperhitungkan jarak tempuh dan istirahat para pemudik. Karena pemudik anak, disabilitas dan lansia butuh jeda dalam perjalanan, minimal 2 jam sekali dan maksimal 3 jam.
Artinya Rest Area, Layanan Service, Layanan Darurat, Makanan dan Minuman penting di perhatikan guna menjaga stamina dan kesehatan pemudik serta kelaikan kendaraan selama perjalanan. “Seperti layanan ambulance ketika terjadi kedaruratan perlu perhatian jalur khusus di area One Way ini, dalam rangka faktor keselamatan dan akses tercepat dalam mencegah risiko,” kata Sigit.
Penyelenggaraan MRAD memasuki tahun ke empat. Dari pengalaman penyelenggaraan program dari tahun ke tahun para pemudik mengalami jarak tempuh yang makin baik. Meski dengan beberapa catatan. Bagi para pemudik disabilitas kenyamanan, keselamatan, kemudahan dan kemandirian menjadi tolak ukur kenyamanan mudik setiap tahunnya. Artinya kualitas layanan disabilitas juga menjadi keramahan untuk semua.
Tahun 2016 satu unit Mobil Akses Penyandang Disabilitas (PD) jenis HIACE menempuh 32 jam sampai Solo. Tahun 2017 dua unit Mobil Akses PD jenis HIACE menempuh relative lebih cepat sekitar 12 jam. Sedangkan tahun 2018 2 unit Bus ¾ Akses PD dan 1 unit Mobil Akses PD HIACE lebih baik lagi.
“Hanya di tahun 2016 saat kejadian Brexit itulah kondisi yang sangat memprihatinkan. Hanya karena panitia mengantisipasi kebutuhan yang penting dan mendesak di dalam Mobil, sehingga dapat mencegah peristiwa yang tidak diinginkan. Seperti Kasur, obat obatan, makanan, alat alat sanitasi dan toilet darurat,” tutur Sigit.
Sigit mengingatkan, meski mudik lancar di tol namun yang masih harus menjadi perhatian adalah transportasi penunjangnya ketika sampai di lokasi tertentu. Karena umumnya pemudik disabilitas masih dihadapi keterputusan akses transportasi yang menyebabkan mereka lebih mahal untuk sampai tujuan.
“Catatan penyelenggara MRAD, masih ada disabilitas yang belum bisa mudik, karena berbagai sebab, terutama akses transportasi sampai tujuan,” jelas Sigit.
Seperti diketahui program MRAD sudah berjalan 4 tahun, dengan operasional dibantu BUMN Bank Syariah Mandiri. Penyediaan kendaraan Mobil Akses PD jenis HIACE oleh Kementerian Sosial dan 2 Bus ¾ Akses PD milik Dinas Perhubungan Jawa Barat yang dikelola DAMRI.
TAGS : Mudik Lebaran Disabilitas
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin