Mendagri Muhammad Tito Karnavian memakai masker unik bergambar wajah sendiri saat konpers bersama delegasi Gugus Tugas Covid-19 DPR-RI yang melakukan kunker ke Kantor Kemendagri dipimpin oleh Sufmi Dasco Anggota DPR-RI, Fraksi P. Gerindra tanggal 28 Mei 2020 yang lalu.
Jakarta, Jurnas.com – Bila ada kontes pejabat publik yang terdepan menggerakkan pemakaian masker, dapat dipastikan Menteri Dalam Negeri, Muhammad Tito Karnavian, salah satu calon kuat pemenangnya. Bagaimana tidak. Hampir di setiap kunjungannya ke daerah, ia tak pernah lupa mengingatkan para kepala daerah tentang pentingnya pemakaian masker di masa pandemi COVID-19.
Bukan hanya mengingatkan, ia juga mendorong para Kepala Daerah untuk peka dalam memperhatikan ketersediaan masker bagi masyarakat. Mantan Kapolri itu mengharuskan kepala daerah menanggulangi kebutuhan masker masyarakat, dan memberikan bantuan kepada yang tidak mampu mendapatkannya.
Dalam percakapan formal maupun informal kepada para kepala daerah, soal masker ini menjadi topik penting bagi Tito Karnavian. Gagasan-gagasan kreatif yang muncul di benaknya, ia utarakan dengan harapan dapat melahirkan terobosan baru oleh para kepala daerah.
Belum lama ini, misalnya, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, berkunjung ke kediamannya di Jakarta. Tujuannya menemui Mendagri adalah untuk meminta kesediaannya jadi external examiner untuk program doktor sang Bupati.
Dalam perbincangan itu, Tito menyinggung penanganan dan penanggulangan COVID-19 di Sulsel, khususnya di Kabupaten Gowa. Sebagaimana diketahui, Gowa sempat menjadi klaster pertama sumber penyebaran COVID-19 di Indonesia di bulan Maret saat pandemi berbahaya ini pertama kali menyerang Indonesia.
Dalam diskusi itu, Tito menyampaikan ide soal gerakan bagi-bagi masker. ”Saya menyampaikan bagaimana kalau seandainya dibuat gerakan bagi-bagi masker. Kalau (Pemda) yang membuat Perda sudah banyak, tapi kan Perda itu Cuma kertas, kalau kita hanya teken saja masyarakat itu kan enggak elok tak menuruti. Harusnya ada solusi yang lainnya juga yaa kita bagikan masker” kata Tito Karnavian, menceritakan pertemuannya dengan Bupati Gowa, dalam acara Gerakan Sejuta Masker di Gedung Haji Bate Sungguminasa, Rabu lalu (8/7).
Dari awal memang, Tito berprinsip, bahwa untuk membiasakan masyarakat memakai masker, harus didahului dengan “intervensi pemerintah” setempat, membagi-bagi masker tersebut baru kemudian mengumumkan ke masyarakat adanya peraturan tertulis yang mewajibkan setiap orang untuk memakai masker saat bepergian meninggalkan rumah.
Tito menantang Bupati Gowa untuk bisa mewujudkan bagi-bagi masker kepada masyarakat, dan sang Bupati menyanggupinya. Namun Tito tidak begitu saja mempercayai. Ia mengatakan, bila hal itu benar-benar dilakukan, ia bakal datang langsung ke Gowa. ” Saya akan datang, karena (itu) pertama kali, berarti kepala daerah yang merespons gerakan membagi masker satu juta,” kata Tito.
Pemkab Gowa ternyata mewujudkan tantangan Tito. Itu sebabnya, Tito datang ke Gowa pada 8 Juli 2020 lalu dalam lawatan kunkefrnya mengecek persiapan Pilkada di 4 propinsi (Sulsel, Sultra, Maluku dan Papua).
Tito sendiri turut menyaksikan peluncuran Gerakan Sejuta Masker untuk masyarakat Kabupaten Gowa, yang kemudian masuk dalam rekor MURI. Warga netizen sempat salah kaprah dengan gerakan bagi-bagi sejuta masker ini dan banyak yang menganggap bahwa Tito memiliki agenda tertentu di balik gerakan itu.
Mendapat masukan informasi tersebut, Tito malah mengingatkan ke awak media bahwa dia tak peduli atas tudingan itu. “Yang penting bagi saya, saya mau menantang Kepala Daerah lain, bila mau dan bisa bagi-bagi satu juta masker ke masyarakatnya, saya akan kunjungi, saya tak peduli dinilai untuk tingkatkan ini dan itu.
Yang penting masker tiba di tangan masyarakat dibagi-bagikan oleh pejabat daerahnya. Inilah langkah paling nyata dan paling murah untuk mencegah penularan covid” pungkas Tito dikutip oleh banyak wartawan.
Menurut Tito, gerakan bagi-bagi satu juta masker tersebut menjadi salah satu ikhtiar bersama untuk menekan penyebaran COVID-19. Ia berharap, gerakan tersebut dapat ditiru oleh Pemda-pemda lainnya, baik itu pemerintah provinsi, kabupaten, kota hingga kecamatan dan desa.
Jika 548 Pemda yang ada di Indonesia membagikan masker dalam jumlah massif untuk seluruh rakyatnya, terutama yang kurang mampu dan mereka memakainya, Mendagri berkeyakinan akan terjadi penurunan kurva penularan, tidak hanya di tingkat lokal tapi juga di tingkat nasional.
Kepedulian Tito Karnavian tentang perlunya ketersediaan masker di masyarakat memang sudah lama dia tunjukkan. Bahkan tidak sungkan-sungkan ia memberikan teguran kepada kepala daerah bila melihat ada tendensi kurang baik terkait dengan penyediaan masker.
Pada 4 Maret lalu, persis dua hari setelah kasus pertama COVID-19 ditemukan dan diumumkan resmi oleh Presiden Jokowi, misalnya, Tito mengingatkan agar pejabat atau pedagang tak melakukan penimbunan masker.
Ketika berbicara dalam Pembukaan Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan (Kortekbang) Regional I/2020, Hotel Shangri-La, Surabaya, dengan tegas ia mengingatkan para kepala daerah agar tenang dalam menyikapi pandemi COVID-19, tidak terpengaruh oleh hoaks karena ada saja pihak yang berusaha mengeksploitasi pandemi untuk kepentingan diri sendiri.
“Tidak perlu juga nimbun-nimbun masker,” kata dia, sebagaimana dipublikasikan oleh berbagai media.
Dalam mengerakkan pemakaian masker, Tito Karnavian terjun langsung ke daerah-daerah. Secara sinergis, ia memanfaatkan kunjungan ke berbagai penjuru negeri untuk mengefektifkan pencapaian misi Kementerian Dalam Negeri sekaligus misi besar pemerintah melandaikan kurva COVID-19.
Dalam kunkernya ke Pemkab Bekasi untuk mengecek penanganan COvid -19 pada 13 Mei 2020 yang lalu, Tito juga memberi oleh-oleh ke Bupati Bekasi puluhan ribu masker disamping buku panduan manajemen penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Daerah yang disusun oleh Tim Kemendagri.
Salah satu hal yang mendorongnya melakukan ini, ialah karena menurut hemat dia, pemakaian masker belum maksimal di tengah masyarakat Indonesia.
“Penggunaan masker ini kita lihat belum maksimal, baik sosialisasi maupun eksekusinya. Oleh karena itu, kita mendorong kepala-kepala daerah untuk membagi masker,” kata Tito dalam rapat kerja dengan komisi II DPR, Senin (13/07). Tito Karnavian kembali menyerukan kepala daerah di seluruh wilayah membagikan masker secara rutin bagi warganya.
Jika diperhatikan, gerakan memakai masker ini tidak dicanangkan secara formal oleh Tito. Juga dipahami bahwa banyak tokoh dan organisasi juga melakukan yang sama, membagi-bagi masker.
Namun, memang, nyatanya masyarakat menyambutnya dengan positif. Pesan-pesan yang dia sampaikan terkait dengan pentingnya menggunakan masker menghasilkan gaung yang cukup luas dalam komunikasi publik.
Hal ini tampak dari bagaimana media meliput dan menyajikannya sebagai berita. Ini bisa terjadi kelihatannya karena pendekatannya yang kreatif dengan gagasan-gagasan unik dan baru.
Mei lalu, misalnya, sebuah video Tito Karnavian tengah mengenakan masker yang unik bergambar setengah wajah dirinya menjadi viral. Video seusai dia menerima Tim Gugus Tugas COVID-19 DPR di Kantor Kemendagri, Jalan Merdeka Utara, pada 28 Mei tersebut memicu rasa penasaran wartawan saat jumpa pers bersama delegasi kunker DPR.
Momen itulah pertama kali Tito mengenakan masker unik. Sampai-sampai banyak kalangan melacak produsen masker wajah yang dipakai Tito tersebut, yang ternyata adalah buatan dalam negeri, yaitu oleh Pratiwi Masker Wajah di Bandung.
Dengan memakai masker wajah unik tersebut, agaknya Tito Karnavian ingin menunjukkan dimensi lain dari pemakaian masker. Selain peran vitalnya untuk mencegah virus Corona, masker memiliki dimensi ekonomi dan gaya hidup, yaitu sebagai komoditas fesyen, yang dapat menggerakkan usaha kecil dan menengah di tengah Pandemi COVID-19.
Buktinya adalah UKM Pratiwi Masker Wajah berdomisili di Bandung itu. Dulunya perusahaan ini adalah produsen garmen skala kecil, yang stop produksi akibat Covid dan lalu melihat peluang bisnis dalam penggunaan masker di tengah pandemi COVID-19.
Menurut pengakuan perusahaan tersebut setelah dipakai oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Tito Karnavian, produk masker bikinan mereka menjadi booming. “Insyallah, UMKM seperti kami bisa semakin maju karena dukungan pejabat pemerintahnya,” ucap Pratiwi, sang pemilik perusahaan.
Bagi Tito Karnavian sendiri, hal ini merupakan keniscayaan yang harus ditangkap sebagai bagian dari dinamika pandemi COVID-19. “Saya sudah prediksi (masker) akan menjadi bagian dari badan kita. Artinya apa? Dia juga harus menjadi lifestyle kita nantinya.
Sekarang kita masih menggunakan surgical mask. Karena belum ngetren. Nantinya semua akan menjadi tren. Maka akan ada masker yang warnanya aneh-aneh, ada yang pakai batik. (Masker) saya menirukan wajah saya sendiri,” kata Tito.
Upaya Tito Karnavian dalam menggerakkan pembagian dan pemakaian masker kepada masyarakat ternyata mendapat peneguhan atau selaras dengan riset internasional.
Belum lama ini, empat peneliti menyajikan hasil studi mereka di VoxEU.org, sebuah portal kebijakan publik yang diinisiasi oleh Centre for Economic Policy Research (CEPR), jejaring lebih dari 700 peneliti dan akademisi Eropa.
Keempat peneliti itu adalah Timo Mitze, Associate Professor University of Southern Denmark, Reinhold Kosfeld, Associate Professor and Head of Statistics, pada University of Kassel, Johannes Rode, mahasiswa Post Doctoral, TU Darmstadt, dan Klaus Wälde, Professor Ilmu Ekonomi di Johannes-Gutenberg University Mainz.
Penelitian mereka menyingkap tentang hasil fenomena pemakaian masker di Jena, sebuah kota berpenduduk 110.000 jiwa terletak di negara bagian Thuringen Jerman dan pengaruhnya pada penurunan jumlah infeksi COVID-19. Kota ini merupakan yang pertama di Jerman yang mewajibkan pemakaian masker dibandingkan wilayah lain di Jerman.
Menurut penelitian itu, kota ini menjadi salah satu kota yang berhasil menekan laju penularan COVID-19. Menurut studi yang dipublikasikan pada Juni lalu, pemakaian masker menekan penularan COVID-19 sampai 40 persen di Jerman.
Singkatnya, studi itu menyimpulkan bahwa mewajibkan pemakaian masker telah nyata memperlambat penyebaran COVID-19 di Jerman. Yang menarik lagi dari temuan studi itu, bahwa disamping murah meriah serta ekonomis terhadap anggaran di dalam penanggulangan Covid-19, gerakan penggunaan masker juga “kompatibel” dengan nilai-nilai demokrasi.
Artinya, masker menjadi instrumen yang melekat di dalam keseharian setiap individu masyarakat tanpa mengenal “kelas sosial”, dan ia bisa dijangkau atau diproduksi sendiri oleh masyarakat, dan utamanya, berfungsi untuk melindungi diri sendiri dari penularan COVID-19.
TAGS : Kemendagri Tito Karnavian Masker
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/75349/Tito-Karnavian-Pejabat-Publik-Penggerak-Pemakaian-Masker/