indopos.co.id – Pandemi COVID-19 di manfaatkan sejumlah masyarakat untuk mencari celah dalam menambah penghasilan. Banyak di antaranya memilih kuliner sebagai peluang usaha baru. Uniknya, kuliner memiliki dampak yang cukup positif bagi pikiran.
Psikolog Klnisi Dessy Lisanti dalam virtual jumpa pers mengemukakan, memasak memang bisa menjadi salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengusir stres atau cemas terutama di masa adaptasi kebiasaan baru akibat pandemi COVID-19.
Walau sebenarnya sudah dilakukan setiap hari, khususnya bagi yang sudah berkeluarga.
“Untuk mengurangi stres, kita harus lebih fokus ke dalam kita sendiri dan apa yang ada di sekeliling kita yaitu keluarga di rumah. Kita bisa berfokus pada hal-hal yang bisa dilakukan di rumah, di antaranya memasak,” kata dia.
Dessy menjelaskan, beberapa penelitian membuktikan, memasak memiliki berbagai macam manfaat. Termasuk menuntaskan kekhawatiran akan higienitas.
Bagi yang sering bingung dan bosan berkegiatan di rumah selama 2020 dan mungkin juga sudah lama ingin menguasai keterampilan (skill) baru, memasak bisa menjadi salah satu keahlian yang bisa dipelajari dan bisa berpengaruh terhadap perasaan dan pikiran.
“Dengan bahan yang siap masak sebenarnya sangat memudahkan. Kita tidak harus punya skill ahli dalam memasak, namun tetap memudahkan kita mencapai self rewarding. Jadi kita set standarnya juga jangan ketinggian sehingga mencapainya pun bisa jadi lebih mudah karena kegiatan ini dilakukan sendiri rumah,” kata Dessy.
Jika seseorang menikmati kegiatan memasak, daya tahan tubuh pun akan meningkat karena berarti ada hormon yang keluar yang membuat kita tidak dalam situasi tegang. Ini yang dapat membantu kita bertahan menghadapi pandemi.
”Sebuah penelitian dari tahun 2016 mengungkapkan, memasak dapat meningkatkan kreativitas dan kebahagiaan. Studi ini mengikuti gerakan dan bahasa tubuh 658 orang selama dua minggu ketika memasak dengan cermat,” kata dia.
Para peneliti mencatat, ketika orang melakukan hal-hal kecil, bermakna, dan menenangkan seperti memanggang setiap hari, membuat mereka merasa lebih bahagia.
Kreativitas yang terlibat dalam memanggang, menurut para ilmuwan di balik penelitian tersebut, membuat orang merasa lebih ‘membumi’ dan mampu melakukan sesuatu.
“Dan memasak di rumah cenderung menghemat uang, yang lebih lanjut dapat berdampak positif pada keseluruhan situasi keuangan seseorang,” tutur Dessy.
Dia mengtatakan, kondisi finansial dapat memperburuk kondisi kesehatan mental dan tekanan pada hubungan, karena pertengkaran tentang uang cenderung menjadi salah satu konflik paling umum dalam suatu hubungan.
“Pasangan dapat menggunakan memasak di rumah untuk memperkuat hubungan mereka tidak hanya dengan menabung, tetapi juga dengan menggunakan kesempatan untuk menikmati makanan bersama,” kata dia.
Sementara itu, Sosikolog dan Akademisi Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim menuturkan, memasak memberikan kenyamanan dan menambah eksistensi diri. Bahkan, mampu meningkatkan kualitas hubungan di rumah.
“Lebih sering melakukan kegiatan dari rumah di masa pandemi ini ternyata dapat lebih sering menimbulkan konflik. Namun memasak bersama bisa dilakukan untuk mengatasi ini,” kata Dessy.
Bagi orang yang merasa tidak bisa masak, kini bisa memesan bahan siap masak melalui aplikasi. Menurut Dessy, menu siap masak memungkinkan pasangan dan anak yang tidak biasa memasak bisa terlibat.
Rose juga mengungkapkan, alasan orang gemar makanan siap masak juga bukan semata-mata karena waktu, namun juga karena kepraktisannya.
“Bahkan orang yang tidak bisa masak pun bisa berkreasi dengan menu instan (siap masak) dengan berbagai macam tambahan menu. Hal ini akan menimbulkan rasa senang dan menghindari stres,” ungkap dia.
Di masa pandemi seperti saat ini, higienitas menjadi salah satu faktor penting yang harus terus diperhatikan, termasuk halnya makanan. Bagi yang masih ragu membeli makanan dari luar karena alasan higienitas, maka bisa mencoba memasak sendiri. (ash)
Credit: Source link