indopos.co.id – Pandemi COVID-19 membuat bersepeda booming. Demam bersepeda terjadi di mana-mana. Banyak masyarakat menggunakan kendaraan roda dua itu, bukan hanya untuk berolahraga, dan bersantai. Tapi juga untuk bekerja. Banyak keuntungan didapatkan dari bersepeda.
Apa saja? Bersepeda sudah bukan hal baru bagi bagi Firman Gibson, 40. Bagi warga Kota Depok ini, alat transportasi dengan cara di goes ini membawa banyak keuntungan bagi dirinya. Kegiatannya itu pun akhirnya menular kepada para tetangganya untuk bersepeda santai.
”Iya ada banyak keuntungan kalau kita bersepeda. Mungkin bagi orang ini tidak menarik, tapi bagi saya ini sangat menyenangkan. Hidup menjadi lebih asyik dan berwarna,” katanya saat ditemui di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jumat (18/9).
Diakui Firman juga, keuntungan selama dirinya melakukan kegiatan bersepeda santai itu adalah kebugaran tubuhnya. Apalagi, sejak pandemi COVID19 mewabah di Kota Depok, dirinya bisa menghindari kontak dengan orang lain agar terhindar dari virus corona. Bahkan, beberapa penyakit yang di deritanya berangsur pulih.
”Sehat sekali karena berkeringat, jadi semua anggota tubuh bergerak. Dulu jantung saya lemah dan kena asam urat, tapi semua sembuh setelah bersepeda. Makanya saya pilih sepeda untuk beragam kegiatan,” paparnya. Dijelaskan Firman juga, dirinya sudah menggunakan sepeda sejak 15 tahun lalu. Saat itu dua rekannya kerap bersepeda menuju kantor yang ada di kawasan Pancoran. Dari sana dia pun tertarik menggunakan alat transportasi manual tanpa mesin ini.
”Waktu itu pas saya gajian, langsung beli sepeda gunung. Ya harganya masih Rp2 juta. Dan tiap hari dari rumah saya pakai sepeda untuk kerja,” ungkapnya. Dengan bersepeda ke kantor, dirinya mengaku lebih irit. ”Karena tidak mengeluarkan ongkos,” katanya juga.
Saat ini Firman mengakui, telah memiliki empat sepeda yang dibeli dan dipergunakan. Mulai dari sepeda lipat, sepeda balap, sepeda gunung dan sepeda fixi. Kata dia, sepeda itu juga dipergunakan anak dan istrinya untuk berolahraga.
”Kalau weekend, kita bersepeda ke Jakarta atau Bogor. Ya keliling aja sambil tamasya di jalan. Saat pandemi ini keseringan ke arah puncak,” jelasnya.
Karena semakin banyak pencinta sepeda d ilingkungan tempat tinggalnya. Firman pun membuat komunitas pencinta sepeda santai. Dia memberikan nama untuk komunitasnya itu Gowes Muda Depok (GMD). Di dalam komunitasnya itu mayoritas diikuti sejumlah pelajar dan kawula muda yang menjadi anggota. Kata dia juga, beragam jenis sepeda yang dipergunakan anggotanya untuk menggoes santai.
”Tidak ada patokan jenis sepeda, semua bisa bergabung. Yang dikejar bukan gaya tetapi untuk kesehatan tubuh. Tergantung mau kemana saja, pasti semua akan jalan,” paparnya.
Dari kegiatannya bersepeda, Firman pun banyak memiliki teman baru dari beragam komunitas pencinta sepeda. Bahkan, beberapa kali dirinya diajak bersepeda ke sejumlah daerah yang belum pernah di jelajahi. Bahkan beberapa pengunungan di Tanah Air pernah didaki Firman dengan sepedanya itu.
”Ada pengalaman baru juga dan menambah teman. Ya, berbagi cerita dan pengetahuan soal sepeda ke mereka. Tentu banyak keuntungan yang saya dapat dari bersepeda,” tuturnya.
Firman juga menambahkan, kegiatan bersepeda harus digalakan oleh pemerintah. Karena hal itu akan dapat mengurangi polusi udara. Selain itu juga pemerintah tak perlu lagi mengimpor bahan bakar minyak dengan jumlah besar untuk transportasi kalau kebisaan bersepeda sudah membudaya di Tanah Air.
Sejuta Pengalaman Menarik saat Gowes
Sejumlah pengalaman menarik didapatkan Firman Gibson saat mengayuh sepeda dalam sejumlah kegiatan yang dia ikuti. Mulai dari teman baru hingga kebugaran tubuh didapatkan pria tiga anak ini. Namun yang paling utama di dapatkan adalah ilmu tertib berlalulintas.
”Dengan bersepeda, saya jadi tahu budaya tertib berlalulintas. Jadi tidak boleh sembarangan pakai jalan saat bersepeda. Selama ini kan ya salib sana sini, kadang pakai trotoar biar cepat sampai ke tujuan,” katanya warga Beji, Kota Depok ini.
Diakui Firman juga, ada pesan yang selama melakoni bersepeda. Yakni bijak dalam gowes di jalan raya. Mulai dari memahami rambu lalu lintas hingga lampu merah. Kemudian penggunaan jalur sepeda saat kepadatan lalu lintas terjadi.
”Kami jadi tertib dan sama sekali tidak mau melanggar peraturan. Ini juga penting diperhatikan para pecinta sepeda. Kalau mereka tertib maka akan selamat saat melintas,” paparnya.
Kemudian juga, sambung Firman lagi, pengetahuan penggunaan helm, alat pengaman tubuh, hingga lampu di sepeda saat menggowes di malam hari pun dia pelajari. Pengetahuan dari pergaulan dengan sejumlah pencinta sepeda informasi ini dia sebarkan ke sejumlah anggota komunitas sepeda yang ditemuinya. Karena informasi tersebut sangat penting diedukasikan kepada penyuka sepeda di wilayah Jabodetabek.
”Kan setiap hari akan dihadapkan dengan beragam jenis kendaraan di jalan raya. Ini kan gratis dan membantu sesama komunitas untuk menjaga ketertiban berlalulintas. Jika tidak paham pasti akan celaka saat bersepeda,” ungkapnya.
Firman menuturkan, jika dirinya ssngat beruntung memiliki pemahaham berlalulintas saat bersepeda. Karena kerap mendapatkan pertolongan dari pengendara lain saat hendak melintas. Dan tak jarang tawaran untuk mendapatkan dorongan dari pengendara sepeda motor ketika ban sepeda bocor yang beberapa kali dia alami.
”Pasti ada saja yang tawarin tumpangan. Ya, itu tadi budaya tertib berlalulintas dan sopan berkendara punya banyak keuntungan bagi diri sendiri,” pungkasnya. (cok)
Credit: Source link