Bersahabat dengan Matematika, Butuh Peraga Konkret agar Mudah Paham

Bersahabat dengan Matematika, Butuh Peraga Konkret agar Mudah Paham

Belajar dari rumah alias study from home punya banyak cerita. Tak sedikit orang tua yang mengeluh karena si kecil sulit diajari. Apalagi menyangkut matematika.

Orang tua menjadi wakil guru di rumah selama masa pembelajaran daring akibat pandemi ini. Sstt.., ada yang bilang, lebih sulit mengajari anak sendiri daripada anak orang lain. Pembelajaran sering buntu. ”Anak sulit memahami rumus atau soal, sementara orang tua merasa penjelasannya sudah jelas,” kata Ahmad Muhibbullah, guru matematika kelas IV Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya. Alhasil, matematika jadi momok bukan hanya untuk anak, melainkan juga ortu.

Muhib, sapaan akrabnya, menyatakan, yang jadi masalah biasanya bukan pemahaman anak, melainkan gaya ortu dalam menjelaskan materi. Banyak ayah dan ibu yang mengikuti pola pengajaran klasik. ”Cara berpikir anak SD masih konkret. Mereka butuh contoh yang bisa dilihat langsung,” lanjutnya. Dia menyarankan, orang tua menyediakan peraga dari benda yang ada di rumah.

Misalnya, ketika menjelaskan tentang pecahan. Menurut dia, anak tidak akan paham jika langsung dihadapkan dengan simbol. ”Misal, untuk pecahan 1/2, ayah bisa mencontohkan satu donat yang dibagi dua,” kata Muhib. Penjumlahan bisa diselesaikan dengan sempoa. Untuk perkalian, anak bisa diajak bermain melompat di lantai. Tiap satu ubin mewakili kelipatan satu dan seterusnya.

Alumnus Universitas Negeri Surabaya itu menyatakan, cara tersebut relatif ampuh membuat anak tertarik belajar. Konsep pun mudah masuk. ”Setelah itu, barulah anak diajak menyelesaikan soal. Orang tua bisa sekaligus mengecek pemahaman anak,” lanjut Muhib. Jika pemahaman anak kuat, soal pun mudah ”dilibas”.

Salah satu tantangan belajar dari rumah adalah ”beda jalur”. Jawaban sama-sama benar, tetapi langkah penyelesaian orang tua dan anak berbeda. ”Sebenarnya, nggak masalah karena di matematika, soal bisa dipecahkan di beberapa cara. Tinggal pilih yang gampang menurut yang mengerjakan soal,” kata Muhib. Untuk mengantisipasi hal itu, guru umumnya sudah menyiapkan sumber belajar dan kunci jawaban yang ”luas”.

Dia menilai, kunci utama berada pada orang tua. Meski tak semahir guru, ayah dan ibu harus percaya diri saat mengajar. ”Kalau perlu, orang tua belajar materi yang akan dipelajari anak semalam sebelumnya,” ucapnya. Jika masih ”buntu”, orang tua bisa berkonsultasi pada guru. Atau, mengakses video materi pelajaran di YouTube atau laman belajar lainnya. Dengan demikian, ayah dan ibu sudah punya gambaran solusi ketika anak mengalami kesulitan.

”Pecahkan soal bersama, jangan gampang nyerah atau mengeluh nggak bisa,” kata Muhib. Sebab, hal itu bisa menurunkan value orang tua di mata si kecil.

Saksikan video menarik berikut ini:


Credit: Source link

Related Articles