JawaPos.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menekankan, jika angka kasus penularan Covid-19 todak dapat teratasi dengan baik, maka penanganan ekonomi nasional perlu ditinggalkan. Sebab, kesehatan menjadi faktor utama berhasil atau tidaknya negara dalam menghadapi bencana pandemi ini.
“Program Komite sejak awal adalah Indonesia Sehat. Tidak pernah bicara Indonesia bekerja atau Indonesia tumbuh. Tapi Indonesia sehat. Karena kalau kesehatan tidak diselesaikan, lupakan ekonomi,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (28/9).
Seperti diketahui, adapun program-program yang dijalankan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) berdasarkan skema yang ditetapkan yakni Indonesia sehat, Indonesia tumbuh, dan Indonesia bekerja. Erick yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana PCPEN tersebut pun optimistis krisis kesehatan akan dapat diatasi oleh pemerintah melalui berbagai upaya yang tengah dikerjakan saat ini, salah satunya adalah memproduksi vaksin Covid-19.
Sehingga, pihaknya mengejar target pengadaan 30 juta dosis vaksin pada akhir tahun ini. Sehingga bisa dilakukan vaksinasi atau penyuntikan kepada masyarakat.
Selanjutnya, pada Januari-Maret 2021 pihaknya akan menambahkan 30 juta dosis vaksin. Bahkan, pada April-Desember tahun depan ada tambahan 220 juta-280 juta dosis vaksin.
“Berarti total kumulatif 340 juta, ini bagus untuk memastikan keamanan buat masyarakat kita karena vaksin ini kan buat yang sehat,” imbuhnya.
Erick menambahkan, upaya lainnya dalam menangani krisis kesehatan adalah dengan mendorong kemampuan perusahaan farmasi dalam negeri menyediakan alat kesehatan dan obat-obat esensial untuk terapi penyembuhan pasien Covid-19. Saat ini perusahaan BUMN yaitu Kimia Farma tengah memproduksi favipiravir dan sudah memproses registrasi ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
“Apakah sempurna, tidak. Sempurna hanya milik Allah. Tapi pemerintah hadir dan bekerja 24 jam untuk memastikan rakyat terlindungi dengan vaksin ini,” pungkasnya.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link