SEMARAPURA, BALIPOST.com – Produksi madu kele belakangan kebanjiran order. Ini karena madu yang diproduksi secara tradisional ini dipercaya mampu meningkatkan sistem imun, di tengah pandemi COVID-19.
Situasi demikian dialami usaha budidaya madu kele di Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, yang dikelola Koperasi Giri Amerta Sari. Dari 100 sarang rumah kele, didapatkan sebanyak 3 liter madu.
Ketua Koperasi Giri Amerta Sari, Wayan Santika, Minggu (25/10), menyampaikan budidaya madu kele dimulai sejak Mei 2019 dengan beranggotakan 20 orang. Setelah berjalan sekitar setahun, pada April 2020 panen madu kele baru dilakukan.
Hingga kini panen baru bisa dilakukan sebanyak dua kali. Dari 100 sarang rumah kele didapatkan sebanyak 3 liter madu. Madu dijual dengan harga Rp 100.000 per kemasan 100 ml. “Kita harus melakukannya dengan hati-hati. Jika tidak ratu lebah yang ada di dalam sarang bisa terluka dan bisa meninggalkan sarangnya. Sehingga tidak mau lagi memproduksi madu,” ujar Santika.
Santika menambahkan, kendala yang dihadapi pada budidaya madu kele ini, sebagian koloni ada yang tidak menghasilkan madu yang bisa dipanen. Menurutnya, hal ini diakibatkan karena beberapa koloni diserang oleh hama (kumbang kecil) sehingga kotak/sarangnya ditinggalkan.
Selain itu terbatasnya produksi mengakibatkan banyak pesanan yang tidak dapat dilayani. Padahal, di masa pandemi ini, permintaan madu kele naik, namun produksi budidaya setempat, belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen.
Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, menyempatkan datang ke tempat produksi, Minggu (25/10). Bupati Suwirta mengatakan semenjak masa pandemi COVID-19 ini, permintaan terhadap madu kele diakui cenderung meningkat.
Hal ini dikarenakan madu kele diyakini mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh dalam meningkatkan imun atau kekebalan tubuh. Dalam kunjungannya itu, Bupati Suwirta juga berkenan langsung melakukan panen madu kele.
Pihaknya mengaku akan membantu dan mengawal usaha madu kele ini dalam pengurusan izin dan SNI. Untuk mengatasi kendala terbatasnya produksi, pihaknya mendorong Santika untuk menggandeng peternak lebah kele lain.
Ia juga berjanji akan berupaya membantu dalam pemasaran hingga bisa masuk ke toko modern. Ke depan, melalui Dinas Perindustrian, Pemkab Klungkung akan menggelar pelatihan wira usaha baru. Dengan demikian diharapkan para pelaku industri bisa lebih memiliki pengetahuan di bidang pemasaran. Sehingga produk yang dipasarkan akan lebih terkenal dan laku dipasaran.
Santika menambahkan, selain memproduksi madu kele, ia juga mengolah propolis menjadi sabun. Produksi sabun per harinya bisa mencapai 50 biji, per tahunnya mencapai sekitar 15.000 biji sabun.
Produksi sabun per bijinya dijual dengan harga Rp 35.000. Pada produk sabun, pemasarannya diakui belum lancar karena belum berani menggaji tenaga khusus pemasaran. (Bagiarta/balipost)
Credit: Source link