WASHINGTON, BALIPOST.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa vaksin bukan peluru ajaib untuk mengatasi krisis COVID-19. Saat ini, Rusia mulai melakukan vaksinasi bagi pekerja yang berisiko tinggi tertular sejak Sabtu (5/12) waktu setempat. Negara-negara lain pun bersiap melakukan hal yang sama.
Dikutip dari AFP, WHO mengingatkan agar masyarakat dunia menganggap bahwa pandemi sudah berakhir seiring adanya vaksin dari penyakit yang sudah membunuh 1,5 juta orang di seluruh dunia dalam waktu hampir setahun terakhir.
“Vaksin bukan berarti nol COVID,” kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan.
Ia juga mengatakan tidak semua warga bisa memperolehnya di awal tahun depan. Disebutkannya, vaksin akan menambah kekuatan yang sangat besar dalam menghadapi COVID-19, namun dengan hanya vaksin tidak akan bisa memutus penyebarannya.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengingatkan agar bahwa virus masih menyebar sangat cepat, membuat tekanan pada keterisian tempat tidur di RS dan tenaga medis.
Menurut pejabat kesehatan di Moskow, Rusia, pihaknya telah membuka 70 pusat vaksinasi di ibukota. Puluhan pusat vaksinasi ini akan melayani vaksinasi bagi pekerja kesehatan, sosial, dan pendidikan.
Peringatan WHO ini dikeluarkan setelah Amerika Serikat mencetak rekor tambahan harian kasus dalam dua hari berturut-turut sejak Jumat. Bahkan, Presiden Terpilih Joe Biden menyebutnya sebagai “Musim Dingin Kelam.”
Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikan penggunaan masker dalam ruangan. Biden juga mengatakan akan melaksanakan pelantikan presiden secara sederhana untuk memitigasi risiko COVID-19.
WHO menyebutkan terdapat 51 kandidat vaksin yang saat ini dites pada manusia. Sebanyak 13 di antaranya sudah mencapai tahap uji klinis massal.
Inggris pada Rabu menjadi yang pertama dalam mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin buatan Pfizer-BioNTech. AS ditargetkan melakukan hal yang sama dalam bulan ini.
Sedangkan Belgia, Prancis, dan Spanyol akan menggelar vaksinasi pada Januari 2021 untuk kelompok yang rentan tertular. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link