Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun 2020 Minus 1,7 Persen – KRJOGJA

Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun 2020 Minus 1,7 Persen – KRJOGJA

JAKARTA,KRJOGJA.com Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2020 masih kontraksi sebesar -1 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi selama tahun 2020 sekitar  -2,3 hingga – 1,7 persen.

“Pertumbuhan ekonomi tahun 2020 mulai ada perbaikan, pada  kuartal IV tahun 2020 diperkirakan  masih kontraksi sebesar -1 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi full year atau selama tahun 2020 proyeksi kita sama dengan pemerintah sekitar  -1,7 hingga -2,3 persen,” kata   Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana dalam acara Media Workshop terkait outlook perekonomian Indonesia tahun 2021 yang diselengarakan Bank Danamon secara virtual, di Jakarta, Senin, (21/12).

Dikatakan,  pada tahun 2021 mendatang pemulihan ekonomi global dan domestik akan berlanjut. Walau demikian, prosesnya akan berlangsung secara bertahap mengingat pandemic Covid-19 masih akan belum segera berakhir.

“Pada tahun 2021, pemulihan ekonomi global dan domestik diperkirakan akan berlanjut. Aktivitas ekonomi negara-negara mitra dagang yang berangsur membaik diperkirakan akan mendorong kinerja ekspor pada tahun mendatang,” kata Wisnu.

Ditambahkan, penerapan protokol kesehatan yang diiringi dengan distribusi vaksin akan meningkatkan mobilitas dan mendorong kepercayaan konsumen sehingga permintaan masyarakat akan membaik. “Hal ini tentunya akan turut mendorong gairah investasi dari dunia usaha sehingga permintaan domestik akan kembali membaik,” jelasnya.

Dalam paparannya, Wisnu Wardana juga menjelaskan bahwa, meskipun pemulihan ekonomi diperkirakan terjadi, namun prosesnya akan bergulir secara bertahap. “Hal ini karena mengingat masih adanya potensi tantangan seperti distribusi vaksin dan risiko gelombang kedua penyebaran Covid-19 di dunia,” tambahnya.

Pada sektor keuangan, volatilitas nilai tukar diperkirakan akan lebih rendah dengan tren melemah terbatas, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang akan mendorong impor dan perbaikan harga komoditas terutama minyak kelapa sawit (CPO). Arus modal asing juga diprakirakan masih akan masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia seiring dengan berlanjutnya stimulus fiskal di Negara maju dan kebijakan bank sentral dunia yang akomodatif.

Di sisi kebijakan fiskal dan moneter, Bank Indonesia diprakirakan akan menjaga suku bunga acuan pada level rendah dan melanjutkan Quantitative Easing (QE) untuk menjaga ketersediaan likuiditas.

Sementara itu, Pemerintah akan memulai konsolidasi fiskal ditandai dengan target defisit yang lebih kecil pada 5,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB), untuk memenuhi target defisit di bawah 3,0 persen pada tahun 2023. Dalam APBN 2021, anggaran untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) masih akan berlanjut sekitar Rp 370 triliun.

“Dengan memiliki wawasan dan pandangan terkait kondisi ekonomi tahun depan, tentunya informasi ini dapat bermanfaat dalam membuat keputusan yang lebih tepat terkait pengelolaan keuangan usaha maupun pribadi sehingga dapat berperan aktif dalam pemulihan ekonomi nasional kedepannya. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih atas partisipasi rekan-rekan media yang sudah ikut serta dan semoga materi dalam workshop virtual ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya para pembaca media,” kata Wisnu. (Lmg)

Credit: Source link

Related Articles