DENPASAR, BALIPOST.com – Varian baru virus Corona yang ditemukan di Inggris menular lebih cepat 71 persen dibandingkan varian sebelumnya. Bahkan dalam waktu 2 minggu, hampir 90 persen kasus COVID-19 di Inggris merupakan varian jenis baru. Demikian diungkapkan Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD.KHOM, dalam dialog yang disiarkan langsung kanal YouTube BNPB Indonesia dipantau dari Denpasar, Selasa (29/12).
Virus dengan nama varian B117 ini, kata Zubairi, perkembangannya begitu cepat. Sehingga, Indonesia pun harus melakukan pencegahan all out.
Dijelaskan, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia. Saat ini menempati ranking 20 di jumlah kasus COVID-19 terbanyak dunia.
Namun dilihat dari persentase kasus positif dalam sepekan terakhir mencapai 20,9 persen. Peningkatan ini, menurutnya harus disikapi sangat serius. “Saya tidak bisa membayangkan lagi kalau virus COVID-19 asal Inggris ini masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Ia menjelaskan para ahli sangat yakin meski penularannya sangat cepat, namun tidak lebih mematikan dari varian sebelumnya.Varian baru ini pertama kali ditemukan Inggris pada akhir November karena ada kasus cukup banyak di Kent dan Medway. Setelah diteliti ditemukan varian baru.
Untungnya, PCR yang ada sekarang bisa mendeteksi virus varian baru ini. “Jadi tidak perlu terlalu khawatir untuk diagnosis,” ujarnya.
Terkait vaksin COVID-19, ia meyakini bisa mengatasi varian baru ini. Namun untuk yakin 100 persen harus melakukan penelitian. Para ahli optimis kalau divaksinasi akan memiliki kekebalan di banyak tempat. “Kita tetap optimis, sebentar lagi kita akan dapatkan data yang lebih solid,” jelasnya.
Varian baru ini dalam waktu kurang dari sebulan sudah menyebar ke sejumlah negara. Kini telah ditemukan di Belanda, Afsel, Australia, Denmark, Italia, bahkan Singapura.
Sekali lagi, ia menekankan varian baru ini tidak banyak berbeda dengan varian sebelumnya dilihat dari sisi tingkat kesakitannya. Yang menjadi perhatian adalah jumlah kasusnya meningkat jauh lebih banyak dalam waktu singkat. Ini akan menjadi beban bagi rumah sakit rujukan dan tenaga kesehatan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Cecep Herawan mengatakan Kementerian Luar Negeri sudah beberapa kali mengeluarkan kebijakan terkait pengetatan WNA masuk ke Indonesia. Bahkan sejak April 2020, sudah dilarang orang asing masuk ke Indonesia termasuk transit di Indonesia melalui peraturan Kemenkumham No. 11 Tahun 2020, karena adanya pandemi COVID-19 ini. Memang saat itu ada berlaku pengecualian-pengecualian. “Jadi semua kebijakan pemerintah itu gradual, scientific base, dan tepat sasaran,” tegasnya.
Pada Juli 2020, dilakukan Travel Corridor Arrangement pada 4 negara, yaitu Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Tiongkok, dan Singapura. Karena ada TCA ini, Permenkumham perlu direvisi dengan Permenkumham No. 26 Tahun 2020. Tentunya semua dengan protokol kesehatan yang ketat diatur oleh kedua negara yang melakukan arrangement ini.
Adanya varian baru dari Inggris, kedatangan WN Inggris ke Indonesia ditangguhkan. Tapi, saat ini sudah menyebar ke beberapa negara, bahkan di Australia dan Singapura. “Karena semakin mendekat, Bapak Presiden melalui rapat terbatas memutuskan bahwa kita menutup keseluruhan warga negara asing,” terangnya.
Pertimbangan memilih 1 – 14 Januari 2021, karena memahami traveler yang sedang dalam perjalanan masuk ke Indonesia sehingga tidak serta merta melakukan penutupan pada 28 Desember.
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan berbagai instansi dalam penanganan pandemi. Terkait Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), dilakukan koordinasi dengan Kemenlu. “Bahwa dalam membuat kebijakan, kita melihat bukti secara ilmiah dan risiko. Jika risikonya tinggi, kita harus segera melakukannya,” sebutnya.
Ia mengatakan Presiden sangat peduli dan bereaksi cepat dalam melihat perkembangan dunia sehingga diputuskan kebijakan ini. Selain itu, pihaknya juga melakukan penyiapan fasilitas dalam menangani pelaku perjalanan sehingga dapat ditangani dengan baik.
Persiapan pemerintah dalam menghadapi libur akhir tahun dengan adanya varian baru ini, Prof Wiku mengatakan melakukan pengamatan setiap hari. Kewaspadaannya sangat tinggi. Jika ada peningkatan di daerah tertentu, langsung diinformasikan sehingga bisa segera ditangani. Potensi kenaikan kasus memang ada, itu harus diantisipasi. “Masyarakat harus memahami seluruh kondisi ini. Tidak hanya dihadapi Indonesia tapi seluruh dunia. Ketat disiplin protokol kesehatan adalah satu-satunya kunci untuk menghindari penyebaran kasus,” paparnya.
Vaksin COVID-19 yang ada saat ini, kata Prof. Wiku, masih efektif. “Jangan ditunggu-tunggu sampai mutasi, mari kita terapkan protokol kesehatan karena itu adalah alat proteksi yang kita miliki,” sebutnya.
Ia pun mengatakan pengalaman 10 bulan ini untuk Indonesia membuat semua pihak belajar bersama-sama dan menyesuaikan diri dengan cepat dalam menghadapi perkembangan pandemi COVID-19. Sebab, tidak ada yang mengetahui kapan pandemi ini akan berakhir. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link