JawaPos.com – Indonesia sedang menghadapi persoalan kenaikan harga tahu dan tempe. Hal tersebut dikarenakan Indonesia masih mengandalkan impor dalam pemenuhan kebutuhan kedelai, bahan baku tahu dan tempe. Naiknya harga kedelai berpengaruh pada makanan seperti tahu dan tempe.
Mengutip Pusat Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, harga kedelai tercatat Rp 9.500 per kilogram. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga normal Rp 7.500 per kilogram.
Badan Pusat Statistik (BPS) pun menyampaikan, telah terjadi kenaikan harga atau inflasi pada dua kelompok makanan yang berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe. Meskipun demikian, angka inflasi pada kedua makanan olahan kedelai tersebut sangat kecil.
“Untuk tahu mentah mengalami inflasi sebesar 0,06 persen, kemudian tempe 0,05 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers secara virtual, Senin (4/1).
Setianto menyebut, artinya inflasi pada tempe dan tahu tidak berpengaruh besar pada keseluruhan inflasi secara nasional. “Kedua komoditas tersebut memberikan andil yang sangat kecil terhadap inflasi nasional,” ungkapnya.
Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen segera meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, produksi kedelai dalam negeri harus dipacu.
Pasalnya, kebutuhan kedelai setiap tahunya makin bertambah. Pemerintah terus berupaya menekan impor kedelai yang hingga saat ini masih tinggi.
“Tapi kami terus mendorong petani untuk melakukan budidaya. Program aksi nyatanya kami susun dan yang terpenting hingga implementasinya di lapangan,” ujarnya di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta, Senin (4/1).
Kementan akan berfokus melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri harus bisa bersaing baik kualitas maupun harganya melalui perluasan areal tanam.
“Tentu dengan langkah cepat dari Kementan bersama berbagai integrator dan pengembang kedelai yang ada, kita lipatgandakan dengan kekuatan. Kita bergerak cepat, sehingga produksi kedelai dalam negeri meningkat,” tuturnya.
Sementara, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi menambahkan faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga kedelai impor yakni ongkos angkut yang juga mengalami kenaikan. Waktu angkut impor kedelai dari negara asal yang semula ditempuh selama 3 minggu menjadi lebih lama yaitu 6 hingga 9 minggu.
Suwandi menjelaskan, pandemi Covid-19 menyebabkan pasar global kedelai saat ini mengalami goncangan. Peluang ini akan dimanfaatkan Kementan untuk meningkatkan pasar kedelai lokal dan produksi kedelai dalam negeri.
“Kita melakukan MoU antara Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dengan Gabungan Kelompok Tani dengan investor dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk meningkatkan kemitraan produksi dan memaksimalkan pemasaran serta penyerapan kedelai lokal milik petani,” tuturnya.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link