Wakil Ketua DPR, Fadli Zon di Sidang Inter Parliamentary Union (IPU) ke-137 (Foto: Humas DPR)
Jakarta – Tantangan yang harus dihadapi dalam persatuan bangsa Indonesia saat ini tentu berbeda dengan zaman penjajahan. Dimana, tantangan yang harus dihadapi saat ini adalah ketidakadilan dan ketimpangan.
Demikian disampaikan Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dalam rangka memperingati Hari Sumph Pemuda, Sabtu (28/10). Menurutnya, meskipun Sumpah Pemuda telah berhasil mempersatukan bangsa Indonesia, namun persatuan itu masih perlu diteguhkan terus-menerus.
“Semua elemen bangsa harus menyadari jika persatuan butuh dirawat. Dulu, tantangan untuk membangun persatuan adalah perbedaan suku, adat, agama dan bahasa. Namun, dengan visi dan kebesaran hati para pendahulu kita, mereka kemudian berhasil melampaui semua perbedaan tadi, sehingga akhirnya kita bisa dipersatukan menjadi sebuah bangsa,” kata Fadli.
“Kini, tantangan merawat persatuan telah berubah. Tantangan kita terkait persatuan pada hari ini adalah ketidakadilan dan ketimpangan. Setiap kali kita membiarkan terjadinya ketidakadilan, baik politik, hukum, ataupun ekonomi, maka kita sebenarnya sedang melonggarkan ikatan persatuan,” lanjut Fadli.
Kata Fadli, berdasarkan studi Amy Chua menyebutkan bahwa sebuah sistem yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat memang akan melahirkan konflik dan instabilitas.
“Jadi, kalau dulu problem persatuan kita lebih bersifat kultural, maka kini problemnya menjadi bersifat struktural. Itu sebabnya kita harus memperhatikan isu keadilan dan kesetaraan secara serius, karena pertaruhannya bisa sangat mahal,” tegasnya.
Ia menegaskan, masalah ketimpangan, misalnya, bukan hanya semata masalah ekonomi, namun bisa mendatangkan masalah bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kita sudah sering melihat dari pengalaman masa lalu, bahwa setiap kali jurang ketimpangan ekonomi menganga, maka pada saat itu juga kohesi sosial kita melemah,” kata Fadli.
Masalahnya, lanjut Fadli, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, berbagai data menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya hanya menguntungkan 20 persen warga terkaya saja. Dimana, 80 persen sisanya, yang mencakup sekitar 205 juta penduduk, tetap tertinggal di belakang.
“Pertumbuhan pendapatan 10% orang terkaya Indonesia tiga kali lipat lebih cepat ketimbang pertumbuhan 40% warga termiskin,” terang Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.
“Sehingga, bagi pemerintah tema peringatan Hari Sumpah Pemuda seharusnya bukanlah ‘Berani Bersatu’, tapi ‘berani adil’ dan ‘berani mengatasi ketimpangan,” tuntasnya.
TAGS : Warta DPR Pimpinan DPR Fadli Zon
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/23967/Fadli-Kini-Tantangan-Kita-Ketidakadilan-dan-Ketimpangan/