NEGARA, BALIPOST.com – Bali menjadi provinsi yang paling terdampak perekonomian dari pandemi COVID-19. Sektor Pariwisata yang menjadi tumpuan paling besar masyarakat di Pulau Bali, terpuruk selama setahun lebih. Bali tak mau menyerah.
Sudah saatnya Bali tidak terlalu bertumpu pada sektor pariwisata dan melakukan diversifikasi struktur ekonominya. Lalu apa yang dilakukan masing-masing kabupaten/kota melakukan upaya mengobati diri sendiri tanpa tergantung dengan pemerintah pusat? Berikut sejumlah komitmen kepala daerah di Bali, dimulai dari Kabupaten Jembrana.
“Sakit” yang mendera Bali akibat pandemi COVID-19 ini mau tidak mau harus dihadapi. Selain dalam penanganan melalui gebyar vaksinasi yang dilakukan secara massal, Bupati Jembrana I Nengah Tamba dan Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna berkomitmen untuk menyukseskan vaksinasi COVID-19.
Bupati Tamba meyakini bahwa vaksinasi guna mencapai herd immunity adalah salah satu harapan masyarakat terhindar dari COVID-19 sehingga upaya ini harus disukseskan pemerintah daerah. Di tahap II ini, selain menyasar pelayan publik baik TNI, Polri, perbankan, ASN dan lanjut usia (lansia), Bupati Tamba tancap gas berupaya adanya gebyar vaksinasi bagi masyarakat Gilimanuk.
Menurut politisi asal Peh, Kaliakah ini, vaksinasi di jalur perbatasan Jawa-Bali ini sangat penting. Sebab, masyarakat di Gilimanuk paling pertama bersinggungan dengan mobilitas tinggi orang keluar masuk Bali di jalur perbatasan.
Selain itu, untuk penanganan COVID-19, sejumlah upaya dilakukan salah satunya mendekatkan pelayanan kesehatan (jemput bola) kepada masyarakat dengan program JKJ-Plus, swab test keliling untuk mempercepat pengambilan sampel. Serta teranyar, RSU Negara juga sudah memiliki lab PCR, lengkap dengan dokter Konsultan dan tenaga analis terlatih. “Keberadaan lab ini penting untuk kecepatan mengetahui hasil testing. Selama ini kita harus mengirim sampel ke Denpasar, tentu lebih lama hasilnya. Sekarang tidak lagi, cukup dilakukan di Jembrana, ” ujar Tamba saat bertatap muka dengan jurnalis, belum lama ini di Banjar Tengah, Negara.
Bersamaan dengan penanganan COVID-19 itu, Bupati Tamba bersama Wabup Patriana Krisna berkomitmen memajukan pertanian yang merupakan salah satu potensi besar di Jembrana. Sektor ini merupakan salah satu solusi, menjadi tumpuan masyarakat Jembrana ketika pariwisata terpuruk. “Kita punya potensi yang masih sangat terbuka untuk digarap. Ada sektor pertanian, perikanan didukung dengan ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang memadai. Padi kita punya, kakao Jembrana juga sangat luar biasa, termasuk komoditi perkebunan yang khas dengan kualitas ekspor. Ini harus digarap lebih dalam lagi,” ujarnya.
Bahkan untuk menghidupkan lebih maju pertanian, Bupati Tamba menginstruksikan kepada perbekel/kepala desa untuk turun melakukan pendekatan kepada warga yang memiliki lahan kosong. “Ajak warga ngopi, mengapa tidak ditanami lahan kosong, apa kendalanya? Ajak warga memanfaatkan lahan kosong,” terang Tamba.
Pertanian yang sejak dulu menjadi jati diri masyarakat Jembrana juga perlu diperkuat lagi pondasinya. Bupati Tambah juga berkeinginan nantinya Perumda (Perusahaan Umum Daerah) juga bergerak dalam pertanian khususnya padi.
Harapan besarnya harga beras sesuai dengan harga gabah di petani. Bila sekarang ini harga gabah turun, maka juga harapannya harga beras juga turun dan terjangkau untuk masyarakat.
Sektor UKM
Sektor UMKM juga menjadi fokus Kabupaten Jembrana. Bupati berkomitmen agar sektor UMKM ini bisa maju dan terus memberikan pembinaan serta support. Belum lama ini, Bupati Tamba juga mengajak sejumlah wirausaha sukses bertahan di masa pandemi untuk memberikan support bagi wirausaha di Jembrana.
Bupati juga membuka pintu investasi dan memperbanyak investasi masuk di Jembrana. Dalam setiap kesempatan, Ia juga menyampaikan bahwa Jembrana sangat terbuka bagi pengusaha untuk berinvestasi. Termasuk investasi pendidikan, perguruan tinggi. “Kami berkeinginan ada salah satu fakultas dari Universitas Udayana dibuka disini. Ini harapan kami sehingga dapat membantu calon-calon mahasiswa asal Jembrana, tidak perlu jauh kuliah dan menguras biaya,” katanya.
Begitu halnya juga dengan investasi pengolahan sampah plastik dan sisa hasil panen padi yang tak terpakai untuk bahan bangunan. Lebih jauh, mantan Ketua Komisi III DPRD Bali itu juga menegaskan pentingnya Pelabuhan Gilimanuk sebagai pintu masuk Bali dari Jawa.
Perlu perbaikan dan penataan agar pintu masuk itu bagus dan benar-benar mencerminkan pintu masuk Bali. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk pengembangan Pelabuhan Gilimanuk ini. (Surya Dharma/balipost)
Credit: Source link