JawaPos.com – Ekonom Institute Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyatakan, pemulihan sektor manufaktur yang berorientasi ekspor bakal lebih cepat. Terutama yang bermitra dengan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Alasannya, sektor tersebut mengolah barang jadi. Tidak membutuhkan mata rantai produksi yang panjang.
“Jadi, tidak semua pemulihan manufaktur itu merata,” katanya kepada Jawa Pos.
Industri CPO dan yang memproduksi barang setengah jadi, misalnya. Waktu pemulihan sektor-sektor itu tidak akan sama dengan industri bahan kimia atau perakitan mesin.
Menurut Bhima, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) akan pulih lebih lama ketimbang industri-industri yang lain. Sebab, bisnis TPT berkaitan erat dengan gaya hidup atau lifestyle masyarakat.
Pada masa pandemi seperti sekarang, semua konsumen, baik di dalam maupun luar negeri, cenderung menahan belanja fashion. “Alas kaki atau pakaian (TPT) ini kan barang sudah jadi, lalu diekspor. Nah, industri yang seperti itu menunggu pemulihan konsumsi rumah tangga. Khususnya di Eropa atau AS. Eropa itu pulihnya tidak secepat AS atau Tiongkok,” papar Bhima.
TPT juga menyumbang jumlah penganggur yang lebih tinggi ketimbang industri lainnya. Tingkat pengangguran oleh industri garmen atau pakaian berada di kisaran 13,11 persen. Sementara itu, industri tekstil menyumbang angka pengangguran 14,4 persen.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : (agf/dee/c19/hep)
Credit: Source link