Jelang Ajaran Baru, Guru yang Divaksinasi Secara Nasional Masih Rendah

Jelang Ajaran Baru, Guru yang Divaksinasi Secara Nasional Masih Rendah
Para guru di Gianyar menjalani vaksinasi COVID-19. (BP/Dokumen)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sasaran vaksinasi pada guru secara nasional mencapai 4,5 juta orang. Dari total sasaran itu, belum ada seperempatnya tervaksinasi alias masih rendah.

Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (20/5), guru yang sudah divaksinasi baru mencapai 23 persen. “Informasi terakhir dari angka 4,5 juta guru yang menjadi sasaran, sekitar bulan Juli diharapkan sudah divaksinasi,” ujar Mendikbudristek.

Ia mengatakan pihaknya terus berupaya untuk mencapai target itu agar dunia pendidikan dapat memberikan opsi pembelajaran tatap muka (PTM) saat memulai tahun ajaran baru. “Kita harus terus mengejar secepat mungkin karena sudah akan mulai tahun ajaran baru,” ucapnya.

Ia mengakui pencapaian target guru dan tenaga pendidik yang divaksin masih rendah. Salah satunya dikarenakan suplai vaksin yang masih terbatas.

“Banyak juga terhambat karena suplai vaksin yang ada, karena mungkin ada negara-negara yang tidak mau ekspor, itu juga menjadi kendala bagi vaksinasi guru,” katanya.

Saat ini, ia menyampaikan, terdapat lebih dari 20 persen sekolah sudah melakukan pembelajaran tatap muka secara periodik. “Ini bukan hal yang baru, dari bulan Januari pun sudah ada yang melaksanakan itu,” ujarnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksinasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) bertujuan dalam melindungi para siswa saat menjalankan pembelajaran tatap muka.

“Vaksinasi belum diberikan pada anak yang usianya di bawah 18 tahun sehingga untuk melindungi anak-anak kita maka guru dan tenaga kependidikan perlu mendapatkan vaksin,” katanya.

Nadia berharap dengan adanya vaksinasi tersebut memberikan asa baru bagi siswa untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

“Hampir setahun pembelajaran daring, dari aspek psikologis juga sangat mempengaruhi siswa karena tidak ada interaksi di sekolah,” kata Siti Nadia Tarmizi. (kmb/balipost)

Credit: Source link

Related Articles