SINGARAJA, BALIPOST.com – Peran penggiat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat diharapkan dalam meningkatkan kualitas pengolahan kopi di Buleleng. Dengan bersatunya penggiat UMK itu diyakini dapat memberi nilai tambah serta identitas tersendiri sebagai Kopi Buleleng.
Ajakan itu diungkapkan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS) ketika berkunjung ke kelompok petani kopi di Desa Wanagiri, Kecamatan Suaksada belum lama ini.
Bupati mengatakan, untuk mendapatkan nilai tambah dari kopi diperlukan proses produksi yang tepat. Mulai saat petik kopi, proses sortasi, penyimpanan, sangrai, pencampuran hingga ekstraksi. Dengan proses yang baik, maka mampu menghasilkan kopi yang memiliki kualitas dan memberikan nilai tersendiri untuk nama besar Buleleng. “Sekarang kita telah diskusikan masalah olahannya sampai mendapatkan produk kopi Buleleng yang premium, medium dan yang paling bawah,” katanya.
Menurut Bupati dua periode ini, di wilayahnya berkembang budidaya Kopi Robusta dan Arabika. Kopi Arabika cocok dibudidayakan di Desa Wanagiri karena kopi Arabika sendiri hanya bisa tumbuh di ketinggian 1000-1200 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Sedangkan untuk untuk kopi robusta biasanya hanya bisa hidup pada ketinggian 700-800 mdpl. Bila dilihat dari sisi harga, kopi Arabika lebih murah dari kopi Robusta. Oleh sebab itu pemerintah bersama para pelaku UKM yang dalam hal ini khusus mengolah kopi akan mencarikan solusi seperti membuat bermacam-macam olahan kopi. “Kalau orang biasa minum kopi Robusta maka dia akan tertarik dengan Robusta saja. Sekarang kita bikin olahan yang bermacam-macam,” tegasnya.
Terkait harga kopi, Bupati menyebut harus dilakukan penghitungan jumlah produksi kopi per tahun. Utamanya di setiap sentral penghasil kopi yang terdapat di wilayah Kabupaten Buleleng. Ini perlu dibarengi dengan proses pengolahan yang benar dan tepat mulai dari cara panen hingga proses akhir. Dengan demikian, para pelaku UKM akan mendapatkan kualitas terbaik yang nantinya bisa mewarnai bahwa inilah kopi buleleng dengan olahan yang benar-benar terjaga. ”Yang jelas bagaimana petani saya sejahtera dari menanam kopi dan mau menanam kopi. Itu saja intinya jangan terlalu berorientasi harus mendapat penghargaan dan lainnya,” katanya. (Mudiarta/Balipost)
Credit: Source link