DENPASAR, BALIPOST.com – Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2021 masih minus. Yaitu -0,5% sampai 1,5% (yoy). Sedangkan secara keseluruhan 2021, prediksi pertumbuhan ekonomi Bali -4% sampai dengan -2% (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho, Selasa (27/7) mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan lebih rendah dari sebelumnya karena penyebaran varian delta COVID-19, terutama terjadi pada pertengahan awal Juli 2021. Penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga dipicu pembatasan mobilitas.
Ia menyebutkan pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah. Sebab ada kebijakan pembatasan mobilitas untuk mencegah penyebaran varian delta.
Namun demikian, perekonomian nasional diperkirakan kembali meningkat pada triwulan IV 2021 karena diyakini terjadi peningkatan mobilitas karena cakupan vaksin yang semakin meluas. Selain itu stimulus kebijakan dan meningkatnya kinerja ekspor juga menjadi pendorong perbaikan ekonomi pada triwulan IV 2021.
Deputi Kepala KPw BI Bali Rizki E. Wimanda menambahkan, kondisi Bali memang agak lebih terpuruk dari nasional. Bali diprediksi tumbuh -0,5% – 1,5% (yoy) pada triwulan II 2021.
Namun untuk keseluruhan tahun 2021, prediksi pertumbuhan ekonomi Bali -4% sampai dengan -2% (yoy). Ia menyebut, jika penyaluran bantuan sosial (bansos) dipercepat dan penerapan travel bubble jadi diberlakukan September 2021 serta wisnus meningkat pada triwulan IV, ekonomi Bali akan terdongkrak.
Sebaliknya, kondisi akan memburuk jika kasus COVID-19 semakin tinggi dan PPKM darurat berlanjut hingga triwulan IV 2021. “Jika kondisi 2021 masih minus, maka tahun depan akan banyak usaha yang tutup seperti yang terjadi saat ini, akibat dari pertumbuhan ekonomi 2020 triwulan I – 1,2%, triwulan II -11,06%, triwulan III -12,32%, triwulan IV -12,21%, dan triwulan I 2021 -9,85%,” paparnya.
Ia mengatakan jika usaha banyak yang tutup dan selama pertumbuhannya negatif, berarti perekonomian Bali akan lebih buruk dari tahun sebelumnya. “Apalagi ada prediksi yang menyebut pemulihan pariwisata lebih lama dari sektor lainnya,” ujarnya.
Indikator Perbaikan
Gambaran riil berdasarkan data terhadap indikator perbaikan ekonomi triwulan II 2021 terlihat dari mobilitas yang meningkat pada triwulan II meski pada Juli 2021 kembali turun. Konsumsi swasta seperti listrik rumah tangga pada triwulan II 2021 tumbuh positif 2,99% (yoy) atau Rp 270.000 per kWH, penyaluran kredit konsumsi meski masih tumbuh -1,72% (yoy) atau lebih dari Rp 27.000 miliar (Rp 2,7 triliun), namun lebih baik dari triwulan I 2021 yang tumbuh -3% (yoy).
Indikator lain membaiknya ekonomi triwulan II 2021 terlihat dari kinerja investasi. Kredit investasi pada triwulan II 2021 tumbuh 6,63% (yoy) meski kredit modal kerja tumbuh -0,13%, perkembangan penjualan semen tumbuh positif 2,02% (yoy) atau sekitar 130.000 ton, perkembangan impor raw material 1,20% dan capital goods 0,32%, serta perkembangan investasi yang membaik -0,81% dari triwulan I 2021 dan triwulan II 2020.
Harapan ekonomi membaik terlihat juga dari menggeliatnya sektor konstruksi dengan dibangunnya beberapa proyek strategis. Yakni, pengembangan Pelabuhan Benoa, pembangunan Pelabuhan Segitiga Sanur dengan nilai investasi sekitar Rp 1,5 triliun, Pengembangan Bandara Ngurah Rai, pmbangunan hotel-hotel di Nusa Dua, dan pembangunan Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang.
Dengan adanya pengembangan dan pembangunan tersebut diprediksi penjualan semen membaik -7,98% (yoy) pada triwulan 2 2021 atau 180.000 ton. Kondisi penjualan semen ini membaik dibandingkan triwulan I 2021 yang tumbuh -19,83% (yoy).
Namun demikian, proses penyembuhan Bali akan terjadi secara gradual (bertahap). Di 2022 ekonomi Bali diprediksi tumbuh tinggi karena cakupan vaksinasi yang semakin luas, ditambah event MICE internasional yaitu pertemuan G20 yang rencananya dilaksanakan di Bali, serta pembangunan proyek-proyek strategis di Bali dengan nilai investasi triliunan. (Citta Maya/balipost)
Credit: Source link