Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah
Jakarta – Presiden Jokowi diminta tidak mengambil posisi yang paling lemah dengan hanya mengeluarkan kecaman dan kutukan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, Turki.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, paling tidak dalam pertemuan OKI ini, pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden Jokowi harus memiliki sikap yang tegas dan legitimasi yang kuat.
“Paling tidak dalam pertemuan OKI ini, Presiden Indonesia atau Indonesia sendiri jangan hanya mengambil posisi yang paling lemah, seperti mengutuk, mengecam, meminta,” kata Fahri, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/12).
Kalimat kutukan dan kecaman, kata Fahri, tidak boleh dikeluarkan oleh bangsa besar seperti Indonesia. Indonesia harus ada kekuatan yang lebih, baik pada konteks OKI, maupun juga konteks PBB.
“Indonesia harus bisa memiliki sendiri sikap yang lebih kuat yang ini tentu akan mengubah wajah dunia kita juga,” tegasnya.
Namun, lanjut Fahri, tanpa kharisma sekuat Soekarno, Indonesia akan sulit mengumpulkan negara-negara OKI. Dimana, saat itu Soekarno mampu mengumpulkan negara Asia Afrika dalam satu meja dan menyepakati platform bersama.
“Dulu kita punya Soekarno setelah kemerdekaan tahun 1945. Setelah itu 10 tahun 1955, Soekarno sudah berhasil mengundang negara Asia Afrika duduk dalam satu meja, lalu menyepakati platform bersama dari negara Asia Afrika dan dari platform itu banyak sekali keputusan-keputusan yang mengubah wajah dunia,” terangnya.
TAGS : Presiden Jokowi KTT OKI Palestina
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/26323/KTT-OKI-Jokowi-jangan-Hanya-Mengutuk-dan-Mengecam/