Ilustrasi gempa patahan
Jakarta – Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut gempa bumi dan potensi tsunami rawan terjadi di wilayah Indonesia bagian timur. Ironisnya, infrastruktur untuk mengantisipasinya masih sangat minim.
“Indonesia bagian timur adalah wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami, tetapi peneltiaan tentang kegempaan di wilayah timur, infratstukrur untuk antisiapsinya terkait dengan sisrine tsunami, sismograf masih sangat terbatas,” ungkap Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB Jakarta, Sabtu (16/12/2017).
Dalam catatan sejarah kejadian tsunami di Indonesia dari tahun 1929 sampai dengan 2016, kata Sutopo, Indonesia telah mengalami 173 kali tsunami besar atau kecil. Menurut Sutopo, tsunami akan kembali terjadi lantaran sifatnya berulang.
“Tsunami itu pasti berulang, suatu wilayah mempunyai namanya periode ulang, pasti suatu saat akan terjadi, berapa besarannya kalau semakin besar gempanya, maka periode ulangnya lebih lama,” pungkas Sutopo.
Minimnya infrastruktur untuk menghadapi potensi bencana alam tersebut bukan tidak mungkin akan berakibat terhadap masyarakat sekitar. Sebab itu, tegas Sutopo, diperlukan infrastruktur yang mempuni untuk menghadapi gempa bumi dan tsunami tersebut.
“Itulah yang menyebabkan ketika terjadi gempa bumi tsunami korban masih banyak terjadi. Kita memerlukan peralatan-peralatan ini, jadi kedepan ini perlu dibangun kembali diadakan kembali untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia yang rawan dari tsunami,” tandas Sutopo.
TAGS : Gempa Bumi BMKG BNPB
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/26441/Waduh-Infrastruktur-Hadapi-Gempa-dan-Tsunami–Masih-Minim/