DENPASAR, BALIPOST.com – Bertepatan dengan ulang tahun ke-59, Gubernur Bali Wayan Koster meluncurkan buku “Ekonomi Kerthi Bali” di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, Rabu (20/10). Buku ini dibedah oleh para pakar, yaitu Menteri PPN/Bappenas, Suharso Monoarfa, Prof. Dr. Drs. I Wayan Ramantha, MM.,Ak., Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., MM., dan Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si.
Buku “Ekonomi Kerthi Bali” ini membahas tentang konsep pembangunan Bali yang menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali dengan mengutamakan sektor pertanian, kelautan dan perikanan, IKM, UMKM, industri, ekonomi kreatif dan digital. Gubernur Koster, mengatakan selama ini ekonomi Bali hanya bergantung terhadap satu sektor ekonomi, yaitu sektor pariwisata.
Hal ini dinilai tidak berimbang, bahkan tidak memperhatikan sektor ekonomi lokal lainnya. Apalagi, sektor pariwisata sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal, seperti gangguan keamanan, bencana alam, dan bencana non alam, sepeti virus SARS, Flu Burung, dan munculnya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan perekonomian Bali terpuruk.
“Sudah saatnya Bali menata ulang perekonomian untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, kembali kepada keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal, meliputi Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali terutama di sektor pertanian, kelautan dan perikanan, dan industri kerajinan rakyat berbasis budaya branding Bali. Pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit, red) dalam perekonomian Bali yang harus dikelola agar berpihak terhadap sumber daya lokal Bali. Guna memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali tersebut diperlukan suatu konsep ekonomi yang komprehensif yaitu Ekonomi Kerthi Bali,” tegas Gubernur Koster.
Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini, menjelaskan bahwa Ekonomi Kerthi Bali merupakan implementasi visi membangun Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam Bidang Ekonomi, dibangun dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi dengan menerapkan 11 prinsip.
Pertama, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal Alam Bali beserta Isinya sebagai anugerah dari Hyang Pencipta. Kedua, ekonomi yang dibangun/dikembangkan sesuai potensi sumber daya lokal Alam Bali beserta isinya. Ketiga, ekonomi yang dibangun/dikembangkan oleh Krama Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif.
Keempat, ekonomi yang dibangun/dikembangkan berbasis nilai-nilai adat, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali. Kelima, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan menjaga ekosistem Alam dan Budaya secara berkelanjutan. Keenam, ekonomi yang dibangun/dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian lokal Bali, berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing.
Ketujuh, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan mengakomodasi penerapan/perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta teknologi digital. Kedelapan, ekonomi yang memberi manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali secara sakala-niskala. Kesembilan, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan asas gotong-royong.
Kesepuluh, ekonomi yang dibangun/dikembangkan untuk meningkatkan ketangguhan menghadapi dinamika perkembangan zaman secara lokal, nasional, dan global. Dan kesebelas, ekonomi yang menumbuhkan spirit jengah dan cinta/bangga sebagai Krama Bali.
Lebih lanjut dikatakan, belajar dari pengalaman dalam berbagai kejadian, sudah waktunya Bali mengembangkan perekonomian yang tidak lagi menggantungkan pada satu kantung, yaitu sektor pariwisata. Bali harus mengambil pilihan mengembangkan perekonomian yang bersumber dari keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi: Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat.
Selain itu, pengembangan perekonomian Bali hendaknya mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan digital sesuai dengan potensi Krama Bali secara efektif, efisien, produktif, serta bernilai tambah.
Dalam mengembangkan perekonomian Bali, sektor pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali. Bahkan sektor pariwisata harus berperan menghidupi/memberi manfaat untuk bergeraknya sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali. Dalam hubungan tersebut, diperlukan arah kebijakan, pendekatan, dan prinsip untuk menata serta mengembangkan perekonomian Bali dengan struktur dan fundamental yang berbasis pada sumber daya lokal Bali, lebih berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Sementara itu, Pembangunan pertanian dalam arti luas termasuk perikanan dan sumber daya kelautan perlu ditata dan dikelola dengan baik dari hulu sampai ke hilir sesuai dengan potensi yang dimiliki kabupaten/kota, menuju kedaulatan pangan dalam upaya pemenuhan jumlah dan kualitas yang memadai untuk kebutuhan krama Bali maupun wisatawan, dan berorientasi ekspor. Bahkan untuk menjamin kualitas dan keamanan/kesehatan pangan akan diterapkan sistem pertanian organik menuju Bali Pulau Organik.
Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi Bali perlu dibangun/dikembangkan industri branding Bali dari hulu sampai ke hilir, ekonomi kreatif berbasis budaya branding Bali serta ekonomi digital. Pembangunan/pengembangan perekonomian tersebut dilakukan sesuai dengan potensi Kabupaten/Kota dalam rangka menyeimbangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi antar wilayah se-Bali, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, membuka lapangan kerja baru, dan mengurangi tingkat kemiskinan.
“Untuk memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali juga diperlukan pengembangan dan penguatan Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan Koperasi, terutama Koperasi Produksi serta Lembaga Perekonomian Adat dalam pengelolaan hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan industri kerajinan rakyat,” tandas Gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng ini.
Lebih jauh dipaparkan, bahwa Ekonomi Kerthi Bali dengan 6 sektor unggulannya akan mewujudkan perekonomian Bali yang harmonis terhadap alam, berbasis sumber daya lokal, menjaga kearifan lokal, hijau/ramah lingkungan, berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. Sebab, penentuan 6 Sektor Unggulan tersebut, didasarkan pada keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal Bali, meliputi Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat, bukan didasarkan atas besaran (nominal) kontribusi terhadap perekonomian (PDRB) Bali.
“Dengan pola pembangunan perekonomian melalui Ekonomi Kerthi Bali akan terjadi keterhubungan langsung antar Sektor Unggulan, menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru, meningkatkan kapasitas perekonomian Bali, menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali secara sakala-niskala,” tegas Gubernur jebolan ITB Bandung ini.
Selain 6 sektor keungggulan tersebut, Gubernur Koster mengatakan bahwa hendaknya pengembangan perekonomian Bali mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) termasuk teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif dan digital. Perkembangan IPTEK juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian agar berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan. (kmb/balipost)
Credit: Source link