Pengembangan nukir Iran (Foto: EPA)
Tehran – Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menghimbau masyarakat internasional agar menerima lapang dada keputusan Amerika Serikat (AS) yang ingin keluar dari kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
“Sudah lebih dari satu tahun, presiden AS Donald Trump melakukan upaya untuk menghancurkan JCPOA,” katanya kepada Konferensi Keamanan Tehran.
Araqchi mengatakan, JCPOA membuktikan pengalaman sukses di panggung internasional. Ia memperingatkan, kawasan Timur Tengah tidak akan menjadi aman tanpa kesepakatan nuklir.
“Pelajaran yang paling penting untuk diajarkan dari kesepakatan nuklir adalah kita dapat dengan penuh harapan menyelesaikan masalah yang rumit melalui dialog diplomatik,” katanya.
Wakil menteri luar negeri untuk urusan hukum dan internasional, juga mengatakan kesepakatan nuklir tersebut merupakan hasil pendekatan “win-win” yang dibuat berdasarkan dialog.
Kesepakatan nuklir ditandatangani antara Iran, Uni Eropa, Jerman dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB – Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China dan Rusia – pada bulan Juli 2015. Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada bulan Januari 2016.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Iran berkewajiban untuk melarang kegiatan nuklirnya dengan imbalan penghentian sanksi ekonomi dan keuangan.
Sejauh ini Badan Tenaga Atom Internasional telah mengeluarkan sembilan laporan setiap saat yang mengkonfirmasikan bahwa Iran mematuhi sepenuhnya persyaratan perjanjian tersebut.
Trump, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 13 Oktober, menolak untuk mengesahkan kepatuhan Iran terhadap kesepakatan nuklir tersebut dan meminta Kongres untuk memutuskan nasib kesepakatan nuklir tersebut. Trump akan memutuskan pada pertengahan Januari jika ia ingin terus mengesampingkan sanksi energi terhadap Iran.
TAGS : Iran Kesepakatan Nuklir Amerika Serikat
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/27535/Iran-Sebut-Timur-Tengah-Tak-Aman-Tanpa-Kesepatakan-Nuklir-2015/