JawaPos.com – Pernikahan tak selalu berjalan mulus. Berbagai masalah bisa saja muncul dari persoalan ekonomi, ketidakcocokan hingga orang ketiga dalam hubungan. Terungkap dalam sebuah survei, ketika pernikahan sudah tak bahagia, maka perempuan lebih berani menggugat cerai pasangannya.
Alasannya beragam, dari kurangnya komunikasi hingga argumen tentang keuangan hingga kasus perselingkuhan. Faktanya, penelitian telah menemukan bahwa ketika pasangan memulai perpisahan mereka, perempuan sering melihat situasi secara berbeda daripada pria.
Dalam sebuah survei, dilansir dari Best Life Online, Rabu (5/1), 69 persen perceraian didorong oleh perempuan yang menggugat suami dalam suatu hubungan. Walaupun hubungan dapat berakhir karena berbagai alasan, satu pasangan mungkin lebih cepat mengetahui daripada yang lain bahwa dia ingin berpisah. Dalam sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan di American Sociological Association, peneliti Michael J. Rosenfeld mulai menemukan jenis kelamin mana dalam pernikahan heteroseksual yang paling sering memicu perceraian.
Pada 2015, 371 orang dewasa itu telah mengakhiri hubungan mereka. Dari semua perpisahan, ada 92 perceraian yang dilaporkan. Dan dalam 69 persen perceraian itu, perempuanlah yang menjadi pemicunya.
Pria lebih sering memercayai kualitas pernikahan daripada perempuan. Selama enam tahun penelitian ini, para peserta mendokumentasikan betapa bahagianya mereka dalam pernikahan mereka. Untuk responden yang menikah selama gelombang pertama penelitian pada 2009, 69,2 persen suami dan 60,1 persen istri mengatakan kualitas hubungan mereka sangat baik. Di sisi lain, 6 persen suami dan 11,1 persen istri menggambarkan pernikahan mereka sebagai adil, miskin, atau sangat miskin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria melihat kualitas hubungan mereka dengan cara yang sedikit berbeda dari perempuan. Pria cenderung ingin mempertahankan rumah tangganya.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link