JawaPos.com – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan harga tahu dan tempe akan naik beberapa bulan ke depan. Hal itu lantaran harga kedelai global sedang mengalami kenaikan signifikan. Sementara Indonesia masih bergantung pada impor kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan, pengaruh potensi harga tahu dan tempe kembali naik lantaran produksi kedelai dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan kedelai yang ada. Sekitar 80 persen kebutuhan kedelai terpaksa impor, termasuk untuk sebagian besar produksi tahu dan tempe di tengah masyarakat.
“Memang pada saat ini karena Indonesia sangat besar tergantung dari kedelai impor. Produksi dalam negeri tak support sepenuhnya kebutuhan,” kata Oke Nurwan dalam konferensi pers secara virtual, dikutip Sabtu (12/2).
Oke Nurwan menjelaskan lebih jauh, yang menjadi penyebab pasokan kedelai mengalami gangguan karena terjadi penurunan produksi di negara eksportir. Seperti misalnya negara eksportir besar kedelai Brasil yang mengalami penurunan produksi.
Selain Brasil, lanjutnya, kedelai Amerika Serikat (AS) juga sedang tinggi-tingginya. Kenaikan harga ini terjadi karena kenaikan inflasi yang mendorong kenaikan harga input produksi kedelai. “Belum lagi, ada shortage tenaga kerja, kenaikan biaya lahan, dan ketidakpastian cuaca di negara produsen yang sebabkan petani kedelai di Amerika naikkan harga,” imbuhnya.
Oke menyebut, kenaikan harga kedelai perkiraannya akan menyentuh puncaknya di bulan Mei dengan harga mencapai USD 15,79 per bushel. Sementara di tingkat perajin tahu dan tempe harga kedelai akan bergerak tinggi di sekitar Rp 11.500-12.000 per kg beberapa bulan ke depan.
“Karena ketergantungan harga kedelai dunia tentunya berdampak pada harga kedelai di dalam negeri di tingkat perajin tahu dan tempe,” pungkasnya.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link