Massa antikorupsi di Tel Aviv, Israel (foto: Anadolu Agency)
Jakarta – Perguruan tinggi di Gaza defisit dana akibat blokade Israel. Demikian disampaikan Ketua Senat Universitas Islam Gaza (UIG) Nasruddin Shodiq El Mezaini dalam dialog `Tantangan Pendidikan Tinggi di Palestina.`
“Semua universitas di Palestina itu swasta, tidak ada yang negeri karena tak diizinkan Israel,” ujar Nasruddin Shodiq El Mezaini dalam dialog pada Rabu (24/1).
Nasruddin bercerita sebelum tahun 1967 tidak ada kampus yang berdiri di Gaza maupun Tepi Barat. Untuk menempuh jenjang perguruan tinggi, warga Palestina terpaksa pergi ke luar negeri.
“Hingga kini, tidak ada satu kampus pun yang didirikan Israel di Palestina. Semua kampus adalah swasta yang pembiayaannya dari kaum dermawan,” jelas Nasruddin.
Pada tahun 1978, warga Palestina mulai mendirikan UIG. Namun, Israel menolak untuk mengeluarkan izin pendirian kampus. “Akhirnya, mahasiswa belajar di bawah tenda-tenda karena tak punya bangunan,” kata Nasruddin.
UIG juga sempat dihantam oleh serangan Israel hingga gedung kampus runtuh. “Sebelas tahun terakhir, ada tiga perang besar di Gaza,” jelas Nasruddin.
Seiring waktu, lanjut Nasruddin, bantuan dana mulai mengalir dari negara donor dan dermawan. Dana bantuan digunakan untuk mendirikan bangunan kampus yang hancur akibat perang.
UIG juga menarik biaya perkuliahan dari mahasiswa karena kampus tidak bisa hanya mengandalkan bantuan.
Namun, kata Nasruddin, sebanyak 40 persen mahasiswa tidak bisa membayar uang kuliah karena 65 persen warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Tercatat, ada 20.000 mahasiswa di UIG.
“Gaza menghadapi masa-masa yang sulit,” ujar Nasruddin. (AA)
TAGS : Yerusalem Israel Gaza Kampus
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/28294/Nasib-Perguruan-Tinggi-di-Gaza-Dijajahan-Israel/