REZA Rahadian kembali menjabat ketua Komite FFI. Aktor serial Layangan Putus itu punya banyak gebrakan tahun ini. Kepada wartawan Jawa Pos Fahmi Samastuti, Reza membeberkan rangkaian rencananya.
Pada 2022 ini, FFI memperkenalkan Akademi Citra. Apakah fungsi dan tugas lembaga itu?
Akademi Citra ini adalah organisasi yang menaungi sineas maupun aktor yang pernah memenangkan minimal satu piala FFI. Total, ada lebih dari 300 orang yang tergabung. Nanti mereka memberikan penilaian dan voting nominasi FFI sesuai dengan bidang keahliannya.
Bagaimana memastikan penilaian FFI bisa berlangsung transparan, tanpa ada kolusi atau ’’politik teman”?
Kami menggandeng platform Bioskop Online Visinema untuk penilaian dan skrining film nominasi. Pemilik hak voting harus menyaksikan film secara penuh agar bisa memberikan voting. Langkah itu adalah bentuk pertanggungjawaban kami sebagai pelaksana. Kami juga melakukan focus group discussion (FGD) yang terbuka dengan teman-teman asosiasi untuk memastikan kenetralan penilaian.
Bagaimana FFI mengakomodasi film yang dirilis di platform digital?
Sejak 2021, kami memberikan ruang untuk media baru. Kami juga telah mencantumkan syarat eligibilitas film yang berpartisipasi dengan terang di laman FFI. Kami sadar, 60–70 persen film kita ’’hidup” dari situ.
Bagi aktris dan sineas, FFI adalah bentuk apresiasi. Seperti apa signifikansi FFI bagi penonton atau kalangan awam?
FFI, saya rasa, bisa menjadi bentuk edukasi bagi penonton. ’’Nih, ada lho, film seperti ini di Indonesia.” Harapannya, tentu penonton bisa aware dan mengapresiasi karya sineas tanah air. Kami juga membuka nominasi pilihan favorit penonton, bahkan jauh lebih awal dari Oscars.
Sepanjang 2021–2022 ini, banyak serial di platform lain yang bagus. Apakah nanti FFI ada penghargaan khusus serial?
Terkait FFI, secara konstituen, kami bergerak hanya di bidang film. Untuk series, memang sempat terpikir menghidupkan lagi Piala Vidia. Kami ingin ajukan, siapa tahu bisa untuk tahun depan.
Credit: Source link