Tak Hanya Beli, Jadikan Luxury Fashion Sebagai Bentuk Refleksi Diri

Tak Hanya Beli, Jadikan Luxury Fashion Sebagai Bentuk Refleksi Diri

JawaPos.com – Mengenakan barang fashion mewah bermerek atau luxury fashion memang bisa membuat seseorang lebih percaya diri. Selain ditunjang dengan kualitas terbaik dari tangan desainer ternama, harganya yang fantastis pun menjadikan setiap mata yang memandang luxury fashion pasti berdecak kagum.

Tapi, di balik pusaran harga yang mahal dan modelnya yang mengikuti tren, penggunaan barang mewah harusnya bisa dilihat sebagai bentuk refleksi diri. Dalam arti bukan hanya sekadar beli dan pamer untuk tampil kekinian. Namun, setiap barang mewah yang dibeli memiliki nilai sejarah dan perjuangan seseorang.

Seperti yang dikampanyekan Viola lewat ‘Self Reflection’. Zoey Rasjid selaku Head of Marketing & Communication Voila mengungkapkan, apa yang terjadi di masa lalu para luxury fashion enthusiast bisa dipresentasikan lewat penampilan yang menjadi cerminan kepribadian dan gaya hidup masing-masing. Dalam arti para pecinta fashion bisa memilih barang mewah yang mencerminkan perjalanan hidupnya. Sehingga ketika melihat kembali barang mewah apa yang dikenakan, mereka tak hanya memakai dan memperlihatkan, tapi tahu betul alasan membelinya. Tentunya sesuai dengan karakter yang terbentuk dari perjalanan hidupnya.

Bicara soal barang mewah, Olla Ramlan, Caren Delano, dan Anggie Rassly sebagai The New Friends of Voila juga berbagi pandangan mereka tentang refleksi diri terhadap luxury fashion yang sering mereka gunakan dalam berbagai kesempatan.

Jika melihat makna self reflection itu sendiri, Olla Ramlan menggangapnya sebagai proses untuk mendapatkan ketenangan jiwa, keseimbangan pikiran, hingga pengendalian emosi demi menciptakan kehidupan yang lebih bahagia. Baginya, pengalaman, baik maupun buruk, merupakan pembelajaran utama dalam hidup. Proses pembelajaran ini mampu diperoleh kapan saja dan di mana saja.

“Termasuk kegagalan dalam hidup, yang selalu saya ambil sebagai proses pembelajaran untuk kembali berdiri tegak dan semakin teguh di kemudian hari. Melalui kegagalan, kita dapat merefleksikan diri sendiri untuk mendapatkan perspektif lebih jelas mengenai apa yang harus dilanjutkan, dan apa yang dapat ditinggalkan,” ujar Olla.

Editor : Nurul Adriyana Salbiah


Credit: Source link

Related Articles