JawaPos.com – Sungai di Indonesia dicemari sampah plastik. Berdasar data Common Seas, 50 persen dari sampah plastik yang ditemukan di saluran air disumbang popok sekali pakai.
COO Common Seas Indonesia Celia Siura menuturkan, Indonesia merupakan negara dengan dua sungai paling tercemar di dunia. Masalah tersebut kian memburuk, karena lebih dari 80 persen kota di Indonesia akan kehabisan ruang untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir dalam tiga tahun ke depan.
“Berdasarkan pengamatan kami di sepanjang sungai Brantas, kami melihat kerusakan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh masuknya aliran sampah plastik ke saluran air,” ujar Celia Siura dalam keterangannya yang diterima JawaPos.com, Selasa (31/5).
“Terdapat 1,5 juta sampah popok sekali pakai yang dibuang di Sungai Brantas setiap harinya. Gambaran itu menunjukkan bagaimana sampah plastik dapat berurai serta mencemari suplai air dan darah manusia,” sebutnya.
Maka dari itu, Common Seas berupaya mengurangi aliran sampah plastik yang berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia. “Kami bertujuan mengurangi penggunaan popok sekali pakai secara dramatis yang saat ini menyumbang 50 persen dari sampah plastik yang ditemukan di saluran air,” imbuhnya.
CEO Common Seas Jo Royle menambahkan, masyarakat berhak mengetahui dampak plastik di dalam tubuh. Apalagi diketahui keberadaan partikel plastik dalam darah sangat mengkhawatirkan.
Dia menerangkan, mikroplastik telah terbukti menyebabkan peradangan, masuk ke dalam plasenta, dan menumpuk di organ tubuh manusia. Ketika bumi semakin dipenuhi plastik, penghuninya semakin terpapar. “Harus berapa banyak plastik lagi yang akan ditanggung oleh bumi ini dan tubuh kita?” ujar Jo Royle mempertanyakan.
Jo Royle mendorong pengurangan potensi terpapar dari plastik. Pemerintah dan pengusaha harus mengurangi produksi plastik secara signifikan dengan berinvestasi pada plastik alternatif.
“Sebagai warga negara, kita perlu meminta pertanggungjawaban pemerintah dan industri. Mereka bertanggung jawab untuk melindungi kita dan bumi kita dari bahaya.”
Credit: Source link