Pola Asuh si Kembar, Tidak Melulu Sama, Minat-Bakat Anak Bisa Berbeda

Pola Asuh si Kembar, Tidak Melulu Sama, Minat-Bakat Anak Bisa Berbeda

Duh, gemesnya si kembar! Lucu banget pakai baju, sepatu, sampai aksesori rambut yang sama. Jadi pengin punya anak kembar juga. Tapi, ribet nggak ya? Lalu, bagaimana pola asuh menghadapi anak kembar? Apakah sama dengan anak yang tidak kembar?

YANG jelas, mengasuh anak kembar butuh energi lebih besar. Di awal, perasaan bahagia bisa mendadak berubah menjadi rasa cemas. Kok begitu? Konselor anak dan remaja Ersa Lanang Sanjaya mengatakan, punya anak kembar bisa jadi lebih melelahkan. Menguras energi. Terutama bagi new parents. Baru melahirkan sudah mendapatkan kesempatan momong anak lebih dari satu.

Ersa menuturkan, dalam mendidik, perlakuan parents kepada anak kembar harus disamakan. Hal itu bertujuan supaya tidak timbul rasa pilih kasih. Sebetulnya, prinsip itu tak hanya berlaku untuk anak kembar. Menurut dia, perlakuan orang tua ke anak pun perlu adil. Kebutuhannya bersama. Tak ada yang lebih diprioritaskan. Tak terkecuali kebutuhan psikologis si kembar.

Lantas, apa hal yang harus dibedakan? Dosen Universitas Ciputra itu menyatakan, sekalipun anak kembar identik, parents tetap perlu membedakan beberapa hal. Antara lain, minat, bakat, hingga selera. Dia menilai, interest pada anak kembar bisa tidak sama. Dan, tidaklah bijak memaksakan anak kembar agar menyukai hal yang sama.

Misalnya, ada yang lebih suka aktivitas fisik dan nonfisik. Lalu, ada juga yang cenderung diam atau agresif. ”Tapi, kalau urusan cinta kasih, ya harus disamakan. Tidak kembar saja tak boleh dibedakan,” terang Ersa.

Ketika rasa kasih dan cinta kepada anak dibedakan, dikhawatirkan rasa kepercayaan diri mereka menurun. Lantas, bagaimana jika salah satu anak kembar melakukan kesalahan? Ersa mendorong parents untuk tetap lebih jernih dalam berpikir. Disikapi terlebih dulu, apakah kesalahan tersebut spesifik.

Penyelesaian masalah harus konstruktif. Hindari membandingkan si kakak atau adik. Lebih baik, parents ajak anak untuk merefleksikan diri dulu. Siapa tahu anak tidak memahami kesalahan yang dibuat sehingga menimbulkan perasaan amarah dari parents.

BOLEH DAN TIDAK BUAT SI KEMBAR

BOLEH

– Utamakan self-identity. Artinya, meski kembar, tiap anak merupakan pribadi yang sama-sama utuh.

– Akomodasi minat anak dengan adil di kala me time, parents.

– Bikin jadwal rutinitas anak.

HINDARI

– Memaksa interest anak. Ingat, kembar tidak melulu sama.

– Membandingkan antara kakak dan adik.

– Ayah dan bunda tidak kompak. Komunikasikan dulu aturan dan pembagian peran supaya anak tidak bingung.

KATA PARENTS

BURHANUDDIN-WINDHY AYU OCTAVANNI

”Konsep barang yang samaan itu sampai usia Danendra Fatinnaufal Rahman dan Daniswara Gatannaufal Rahim masuk 3 tahun. Setelah itu, saya dan istri kasih kebebasan. Misalnya, kakak pilih baju karakter api, si adik karakter air dari tokoh yang sama, warna berbeda. Di usia mereka 4–5 tahun, saya mengajari anak-anak soal finansial. Misalnya, cari uang itu begini, kalau mau dapat uang begini, ayah harus bayar ini dan itu. Mereka memahami. Sekarang saya nggak pernah takut kalau lewat toko mainan.”

INKA AYU SASKIA

”Karena dikaruniai kembar perempuan dan laki-laki, Reyzel Tradika dan Reygeeva Tridika, barang untuk mereka tidak selalu sama. Kadang mix and match warna bajunya saja. Mendidik anak kembar itu menantang banget bagi saya dan suami, Yudi Trianto. Harus adil, jangan membandingkan kembar A dan kembar B. Tiap beli mainan atau makanan biasanya kasih satu dulu. Tujuannya biar mereka belajar berbagi. Saat bertengkar, saya membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya. Tapi, tetap dipantau. Kalau sudah, diajarkan buat saling meminta maaf dan pelukan.”

INA RAMADHAN

”Sedari Gia dan Gwen lahir, saya tidak pernah memberlakukan apa-apa harus sama. Hingga kini, Gia dan Gwen punya selera berpakaian sendiri, hobi, dan menu makanan favorit masing-masing. Saya menyadari meski Gia-Gwen kembar dengan rentang lahir hanya beda 1 menit, mereka tetap dua anak yang berbeda dengan keunikan, selera, dan minat-bakat masing-masing.”


Credit: Source link

Related Articles