JawaPos.com – Indikator pengukur suhu di ponsel menunjukkan angka 43 derajat celcius saat jemaah salat Jumat beringsut meninggalkan Masjidilharam, Jumat (24/6) siang. Jalur menuju pintu keluar sesak. Nyaris tidak ada ruang longgar untuk para jemaah mempercepat langkah.
Itu adalah salat Jumat kedua sejak kedatangan pertama jemaah haji Indonesia di Makkah pada musim haji 1443 H. Dibandingkan Jumat sebelumnya (17/6), kondisinya lebih ramai. Maklum, jumlah jemaah haji yang masuk ke Makkah kian bertambah. Dari berbagai negara. Mengingat, masa puncak ibadah haji yang makin dekat.
Terik matahari menyambut para jemaah setibanya di ujung lorong jalur keluar Masjidilharam. Berikutnya, dari pelataran masjid menuju titik-titik penjemputan bus salawat -bus yang disediakan bagi jemaah haji Indonesia pulang ke pemondokan- menjadi perjalanan yang penuh peluh.
Di tengah kepadatan jemaah, dua perempuan dari Kecamatan Besuki, Situbondo, Jawa Timur, menyapa tim Media Center Haji (MCH). Bertanya arah pulang. Yang mereka tahu, lokasi hotelnya di kawasan Mahbas Jin. Tanpa paham harus ke terminal mana kaki mereka melangkah.
Nahas, suami dari salah satu jemaah perempuan itu terpisah dari rombongan. Padahal, dia yang membawa tas berisi sandal mereka. Jadilah, mereka harus berjalan dengan telanjang kaki. Bukan perkara nyaman di saat panas begitu menyengat. Hingga petugas membantu mencarikan sandal pengganti.
Insiden “terpisah” dengan sandal tidak hanya dialami dua jemaah perempuan itu. Ada jemaah lain yang terpaksa harus berjalan tanpa alas kaki karena sandal yang tidak disimpan sendiri saat masuk Masjidilharam.
Kejadian-kejadian itu menjadi pelajaran bagi para jemaah haji untuk selalu membawa sendiri alas kakinya saat masuk masjid. Jangan dimasukkan dalam satu tas, lantas dibawa atau dititipkan pada orang lain dalam rombongannya. Itu sebagai antisipasi jika ada yang terpisah dari rombongan. Terlebih, alas kaki menjadi perlengkapan wajib kala beraktivitas di tengah cuaca panas di Tanah Suci.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tidak henti-hentinya mengingatkan jemaah untuk selalu menggunakan alas kaki. Kepala Seksi Kesehatan PPIH Daker Makkah dr Muhammad Imran dalam sebuah kesempatan wawancara menuturkan, kejadian di Madinah, ada sekitar delapan kasus kaki yang melepuh karena kehilangan sandal saat ibadah di masjid. ”Maka, kami anjurkan jemaah ketika masuk masjid, sandalnya dibawa, masukkan kantong plastik,” katanya.
Hal lain yang harus diingat para jemaah haji Indonesia saat beraktivitas di Masjidilharam adalah mengingat di terminal mana mereka naik dan turun dari bus salawat. Juga, menghafal nama atau nomor hotel tempat menginap.
Untuk diketahui, ada tiga terminal di sekitar Masjidilharam yang menjadi pemberhentian bus salawat. Yakni, Bab Ali, Syib Amir, dan Jiad.
Terminal Bab Ali melayani bus salawat rute menuju Mahbas Jin yang ditandai stiker berwarna putih dengan nomor 1. Lalu, Syib Amir untuk bus rute Syisyah (stiker warna biru dengan nomor 2), rute Raudhah (stiker warna hijau dengan nomor 3), dan rute Jarwal (stiker warna hitam dengan nomor 4). Serta, terminal Jiad yang melayani bus sawalat rute Misfalah dengan stiker warna coklat dengan nomor 5.
”Format stiker ini dibuat untuk memudahkan jemaah. Jika ada jemaah yang tidak bisa membaca tulisan rute, bisa mengingat nomor atau warna,” terang Kasi Transportasi Daker Makkah Asep Subhana.
Credit: Source link