Intiland Incar Penjualan Properti Tahun ini Rp 2,4 Triliun

Intiland Incar Penjualan Properti Tahun ini Rp 2,4 Triliun

JawaPos.com – Pergerakan industri properti di Indonesia makin agresif tahun ini. Meski stimulus bakal berakhir, permintaan masyarakat terhadap produk residensial masih tinggi. Pengembang pun mengaku bahwa harga properti bakal kembali naik karena kondisi tersebut.

Direktur Pemasaran Intiland Harto Laksnono menyatakan, pertumbuhan industri properti di awal tahun memang sedikit melambat. Namun, permintaan kembali meninggi memasuki kuartal kedua.

“Dalam pemulihan, papan memang menjadi kebutuhan pokok dalam urutan terakhir. Jadi, jika ekonomi pulih, masyarakat bakal memikirkan pangan, sandang, baru bicara papan,” paparnya kepada Jawa Pos Rabu (6/7).

Namun, dia yakin bahwa pertumbuhan selama 2022 bakal sesuai dengan target. Perusahaan tersebut menargetkan bisa mencatat penjualan Rp 2,4 triliun tahun ini. Target tersebut naik 47 persen jika dibandingkan dengan realisasi 2021.

Hingga kuartal I, sales Intiland sudah mencapai Rp 500 miliar. Angka itu tumbuh 61 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.

“Kita melihat ekonomi makro sudah tumbuh banyak. Karena itu, kami juga mengikuti arus tersebut,” tuturnya.

Harto menambahkan, harga properti mulai menanjak. Produk-produk yang bakal diluncurkan Intiland lebih mahal 5 persen. Hal itu bertujuan menyamai kenaikan bahan baku selama tahun ini.

Selama pandemi, lanjut dia, pengembang memang berupaya menahan harga. Sebab, masyarakat masih ragu merogoh kocek terlalu dalam.

“Tahun ini kita lihat banyak industri yang sudah bangkit. Jadi, kami menyesuaikan harganya,” paparnya.

Harto menyebutkan, Intiland bakal meluncurkan produk rumah di kisaran Rp 2 miliar–Rp 5 miliar. Meski tak selaku pasar menengah ke bawah, peminat segmen tersebut sudah muncul.

“Yang jadi PR memang properti high-rise. Sampai saat ini, kami tidak melihat pertumbuhan yang signifikan. Sebab, end user yang mendominasi pembelian masih senang rumah tapak,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Marketing PT Griyo Mapan Santoso Joshua Widodo menyatakan, respons dari pembeli membuat pengembang memberanikan diri untuk menaikkan harga. Dalam tiga sampai empat bulan terakhir, harga properti yang dikembangkannya sudah naik 7 persen.

Penyebabnya, beban pengembang terhadap bahan baku bangunan. “Kami berani menaikkan harga juga karena 95 persen produk kami sudah terjual,” ungkapnya.

Dia juga menyatakan untuk melakukan ekspansi. Tahun depan Griyo Mapan kembali meluncurkan 100 unit rumah baru.


Credit: Source link

Related Articles