Menurut pejabat eksekutif senior Suzuki Masahiko Nagao, Suzuki memiliki backlog pesanan sekitar 200 ribu kendaraan di Jepang pada akhir Juni. Sementara di India, perusahaan memiliki backlog pesanan sekitar 350 ribu unit.
“Meskipun kami khawatir tentang tren ekonomi global, pesanan datang dengan sangat lancar dan permintaan tidak menurun pada saat ini,” ujar Nagao, dikutip dari Reuters pada Minggu.
Untuk periode April hingga Juni, penjualan Suzuki di India naik 27,9 persen year-on-year (yoy) menjadi 280 ribu kendaraan. Namun, penjualan di Jepang turun 6,4 persen karena kekurangan chip yang menyebabkan produksi terhambat.
Diketahui, lonjakan harga komoditas global di tengah gangguan rantai pasok yang disebabkan pandemi dan perang Ukraina memang telah menjadi tantangan bagi pelaku bisnis dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.
“Meskipun kekurangan semikonduktor berangsur membaik, Suzuki tidak dapat memprediksi kapan akan teratasi,” kata Nagao.
Untuk mengurangi dampaknya, Nagao mengatakan perusahaan telah beralih untuk memproduksi mobil yang tidak membutuhkan begitu banyak chip di India dan menjualnya ke pasar Afrika, serta Amerika Tengah dan Selatan.
Perusahaan pun tetap mempertahankan proyeksi laba operasional sebesar 195 miliar yen atau sekitar Rp21,5 triliun untuk April tahun ini hingga Maret 2023.
Baca juga: Toyota dan Suzuki rencanakan tutup sebagian pabrik di Pakistan
Baca juga: Catatan 27 tahun Suzuki Baleno di Indonesia
Baca juga: Suzuki sebut pasar “city car” potensial, siap-siap hadirkan S-Presso?
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022
Credit: Source link