JawaPos.com – Peternak ayam broiler yang tergabung dalam Peternak Unggas Nasional (KPUN) melakukan aksi bagi-bagi ayam hidup gratis di Malang, Jawa Timur. Aksi tersebut dilakukan setelah harga ayam di tingkat peternak dibanderol murah Rp 13.000 per kg.
Ketua KPUN, Alvino Antonio, mengatakan peternak merasa kecewa karena harga jual ayam di kandang anjlok. Sementara, harga ayam di tingkat konsumen tinggi.
“Karena emosi harga ayam dikandang murah sekali Rp 13.000 per kg, tapi rakyat Indonesia masih membeli dengan harga tinggi,” kata Alvino kepada JawaPos.com, Kamis (29/9).
Ia mengaku kecewa, karena rendahnya harga ayam hidup telah terjadi berulang kali. Pihaknya menilai kondisi tersebut jadi bukti kegagalan pemerintah. “Ini kegagalan pemerintah yang tidak pernah mau melindungi rakyat yang kecil,” ungkapnya.
Sebelumnya, pada awal September, Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) meminta pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) terkait Perlindungan Peternak. Hal itu disampaikan melalui aksi demo yang disampaikan di Jakarta pada Rabu (7/9).
Melalui PP itu para peternak berharap bisa mendapat kontrol dari pemerintah terkait harga input atau sarana produksi ternak (sapronak). Menurutnya, harga sapronak yang mahal membuat peternak selalu rugi. Sebab, harga jual ayam hidup selalu di bawah standar.
Ia juga menjelaskan, selama pandemi Covid-19 peternak unggas mandiri tidak pernah mendapat insentif dalam bentuk apapun dari pemerintah meskipun merugi. Akibatnya, populasi peternak pun semakin berkurang.
Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya akan terus berupaya melakukan stabilisasi harga live bird atau ayam hidup. Ia menyebut, Harga Acuan Pembelian atau HAP daging ayam di tingkat petani yang telah disepakati adalah Rp 21.000 – Rp 23.000 per kg.
Arief mengungkapkan, penurunan harga daging ayam di level peternak disebabkan oleh kelebihan pasokan. Ketersediaan daging ayam ras di dalam negeri diproyeksikan mencapai sekitar 602.000 ton hingga akhir September 2022.
“Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional, sampai dengan akhir September 2022, stok daging ayam ras kita surplus sekitar 602 ribu ton,” ujar Arief dalam keterangannya, Selasa (26/9).
Kendati demikian, ia menegaskan seharusnya dalam kondisi apapun, baik surplus maupun defisit, peternak mendapatkan HAP yang wajar dan stabil. Saat ini pihaknya berupaya fokus kepada para peternak mandiri mikro dan kecil yang mengalami kesulitan jual akibat harga jatuh.
“Untuk data lokasi peternak, kata dia, pihaknya telah bekerja sama dengan asosiasi Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia) dan Gopan (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional),” tandasnya.
Menurut Arief, stabilitas harga ayam perlu dilakukan untuk mencegah peternak gulung tikar dan mengurangi pasokan ayam dalam negeri. Hal itu berpotensi menyebabkan krisis pangan di dalam negeri hingga mempengaruhi keberlangsungan usaha dan semangat para peternak unggas mandiri mikro dan kecil dalam menjalankan usaha peternakan.
Untuk itu, Badan Pangan Nasional telah memfasilitasi penyerapan 15.490 ekor ayam hidup dari peternak ke lima perusahaan unggas nasional. Selanjutnya, akan ada lima perusahaan unggas nasional lagi yang telah sepakat untuk mendukung program tersebut.
Berdasarkan data, 5 perusahaan yang telah melakukan aksi penyerapan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) sebanyak 7.840 ekor atau 12 ribu kg, PT Malindo Feedmill sebanyak 2.560 ekor atau 5 ribu kg, PT Super Unggas Jaya sebanyak 1.428 ekor atau 3 ribu kg, PT New Hope Indonesia sebanyak 1.742 ekor atau 3 ribu kg, dan PT Japfa Comfeed sebanyak 1.920 ekor atau 3 ribu kg.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link