Bahlil Minta Jaga Stabilitas Politik agar Ekonomi RI Tidak Gelap 2023

Bahlil Minta Jaga Stabilitas Politik agar Ekonomi RI Tidak Gelap 2023

JawaPos.com – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku khawatir akan stabilitas 2023 dan pengaruhnya terhadap kinerja investasi dalam negeri ke depan. Ia was-was, menjelang pemilu 2024 stabilitas politik akan berimbas pada kondisi ekonomi RI.

Di sisi lain, Bahlil mengatakan, kondisi ekonomi global tahun depan akan gelap. Hal ini terjadi karena tingginya inflasi dan ancaman resesi di beberapa negara.

Meski demikian, Bahlil optimistis Indonesia memiliki secercah harapan karena pertumbuhan ekonominya masih terjaga di atas 5 persen. Namun menurutnya, hal itu akan menjadi sia-sia jika stabilitas terganggu.

“Akan menjadi soal besar kalau kita tidak mampu menjaga stabilitas. Di saat bersamaan ekonomi global dalam kondisi yang tidak baik-baik saja atau dalam bahasa saya gelap,” kata Bahlil dalam bincang media, di Badung, Bali, Senin (14/11).

Ia menjelaskan, apabila stabilitas 2023 terjaga maka dampaknya akan bagus bagi ekonomi Indonesia. Namun, Bahlil tak yakin jika kemudian yang terjadi adalah sebaliknya.

Oleh sebab itu, ia menyatakan bahwa bagusnya prospek ekonomi tahun 2023 berada di tangan rakyat dan pemerintah Indonesia. “Apakah kita mau sama gelap dengan kondisi global? Atau kita cerah? Pilihannya ada pada rakyat indonesia dan pemerintah Indonesia. Kalau menjaga stabilitas, ekonomi kita akan baik. Tapi, kalau main-main, ya sudah,” ujarnya.

Sebelumnya, pemerintah mengklaim investasi yang mengalir ke Indonesia tembus Rp 307,8 triliun pada kuartal III 2022 kemarin. Investasi itu berhasil menyerap 325.570 tenaga kerja.

Nilai investasi ini tumbuh 42,1 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bahlil bahkan mengatakan Indonesia mencatatkan pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal III 2022 terbesar dalam sejarah.

Kementerian Investasi/BKPM mencatat Penanaman Modal Asing masuk Indonesia mencapai Rp 168,9 triliun atau tumbuh 63,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya atau year-on-year (yoy). Sedangkan, secara bulanan hanya tumbuh 3,5 persen (mtm).

“Ini terbesar dalam sejarah. Jadi kita tumbuh 63 persen. Saya sejak masuk di Kementerian BKPM saya tanya pernah enggak tumbuh segini, rasanya nggak ditemukan tapi kita lagi cari,” ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan PMA memang lebih tinggi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tercatat sebesar Rp 138,9 triliun atau hanya tumbuh 22,5 persen (yoy) dan turun tipis 0,05 persen (mtm) pada kuartal III 2022. Ini menandakan bahwa Indonesia masih menarik di mata investor asing.

“Sekarang republik ini seperti cewek cantik yang lagi disukai sama investor asing untuk membangun investasi di Indonesia. Dan ini bisa terjadi juga karena ada stabilitas politik,” jelasnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : R. Nurul Fitriana Putri


Credit: Source link

Related Articles