Aceh dan Sumut Usulkan PON XXI Digelar 2025

by

in
Balap sepeda merupakan salah satu dari 10 cabor yang dicoret di PON Papua, namun kembali diperjuangkan agar tetap dipertandingkan. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan PON XX di Papua, awalnya diselenggarakan pada Oktober 2020. Akan tetapi, tuan rumah Papua minta supaya diundur hajatan multievent empat tahunan antarprovinsi se-Indonesia ini, dan ditunda menjadi Oktober 2021. Oleh karena penyelenggaraan PON XX diundur setahun, maka tuan rumah PON XXI Aceh dan Sumut minta pelaksanaannya juga ditunda setahun menjadi 2025.

Hal itu mengemuka, sebagaimana ditegaskan Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi, di Denpasar, Rabu (26/8) berdasarkan hasil Rakernas KONI Pusat secara virtual. Menurut Suwandi, usulan tuan rumah Aceh dan Sumut akan dibahas dalam pleno, pada Kamis (27/8). Selain itu, desakan dari Bali juga provinsi lainnya getol memperjuangkan, supaya 10 cabor yang dicoret tetap dipertandingkan pada PON di Papua.

Caranya, kata Suwandi, terserah penyelenggaraannya di provinsi mana pun, sesuai dengan venue yang ada. Usulan tentang 10 cabor yang dicoret supaya dipertandingkan, juga mencuat dalam Rakernas KONI Pusat secara virtual ini. “Kami masih menunggu hasil pleno, apakah 10 cabor jadi dipertandingkan atau tidak,” ucap Suwandi.

Dia menambahkan, Bali juga menyarankan agar ketua umum KONI di daerah maupun pusat, tidak boleh dipegang pejabat publik, baik eksekutif maupun legislatif. Di mata Suwandi, AD/ART KONI harus tegas melarang pejabat publik menjabat ketum KONI, walaupun hasil Musprov. “KONI Pusat diminta tegas dan tetap menolak pejabat publik menjadi ketum KONI,” terang Suwandi.

Suwandi memberi masukan, soal atlet yang sudah menggapai prestasi internasional, namun induk organisasinya belum terbentuk. Misalnya, surfing atau skateboard. “Atlet surfing maupun skateboard yang sudah mengukir prestasi di level internasional, tetap diperhatikan dan diberikan uang pembinaan untuk meraih prestasi,” jelasnya. “Induk organisasi cabor yang berprestasi di kanca internasional, juga harus bernaung di bawah KONI,” sambungnya.

Upaya mewujudkan prestasi internasional, menurut Suwandi, diperlukan sport science. Misalnya, KONI Pusat memberikan kursus kepada pelatih di daerah, seputar transformasi ilmu mengenai teknologi keolahragaan. Dicontohkannya, Indonesia juga perlu memiliki laboratorium olahraga. Tujuannya, untuk mengecek suhu atau temperatur tempat latihan, sekaligus mengecek temperatur tempat atlet bertanding. (Daniel Fajry/balipost)

Credit: Source link