JawaPos.com – Pemerintah diminta lebih fokus memenuhi kebutuhan swasembada pangan, khususnya kedelai. Sebab masyarakat sangat bergantung pada bahan dasar tahu dan tempe tersebut sebagai kebutuhan pokok. Namun sayangnya, hingga saat ini ketersediaan kedelai masih sangat bergantung pada impor.
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2018 impor kedelai mencapai 2,58 juta ton. Kemudian jumlahnya naik di tahun 2019 menjadi 2,67 juta ton. Meskipun pada 2020 impor kedelai berkurang menjadi 2,11 ton, namun tetap saja masih belum terbebas dari jeratan impor.
Ketua DPP PKS bidang Tani Nelayan, Riyono mengatakan, kelangkaan kedelai dan mahalnya bahan baku tempe tahu di awal 2021 dianggap bukan persoalan baru. Ketergantungan impor kedelai membuat pemerintah tidak fokus dan serius mengurus petani kedelai.
Baca juga: Tahu dan Tempe Hilang dari Pasaran, Konsumen: Pendapatan Saya Turun
“Jika 70-80 persen kebutuhan kedelai dari impor maka petani akan semakin terjepit dan malas berproduksi,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (6/1).
Menurutnya, Indonesia dapat menggenjot produksi kedelai lokal dengan perluasan lahan panen yang semakin luas. Mengitup data Kementerian Pertanian (Kementan) yang mengacu pada Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2016 dengan luas panen 576.987 hektare dapat mencapai volume produksi 859.653 ton.
Kemudian, pada 2017 dengan luas panen 355.799 hektare dapat berproduksi 538.728 ton. Lalu, pada 2018 dengan luas panen 680.373 hektare dapat menghasilkan produksi sebesar 982.589 ton. Luas panen pada tahun 2018 ini naik sebesar 91,22 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara, perkiraan produksi kedelai tahun 2019 sebesar 358.627 ton dan 2020 ditargetkan meningkat 7 persen menjadi 383.371 ton. Padahal kebutuhan kedelai nasional kita rata – rata 2,5 juta ton per tahun.
“Jika impor selalu menjadi andalan pemenuhan kebutuhan kedelai maka bisa dipastikan harga akan mudah dipermainkan oleh pedagang dan importir,” tuturnya.
Pihaknya meminta, pemerintah lebih fokus dan mengendalikan impor pangan khusunya kedelai agar petani semangat dan mau menanam kedelai.
“Jangan korbankan petani dan pelaku UMKM tempe dan tahu dengan kebijakan impor yang terus tidak terkendali, fokus kepada peningkatan produksi dalam negeri dengan memberikan insentif produktif kepada petani,” tutupnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Edy Pramana
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link