JAKARTA, BALIPOST.com – Ancaman pandemi selanjutnya tidak terelakkan setelah meredanya COVID-19. Baik karena penyakit yang ada kembali meningkat, maupun cepatnya pertumbuhan penyakit baru.
Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito agar pandemi tidak terlalu mempengaruhi kinerja perekonomian, masyarakat diminta selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). “PHBS akan melengkapi rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) terkait perilaku masyarakat saat pandemi COVID-19 dan rekomendasi Unicef dan UNESCO terkait perilaku masyarakat paska pandemi COVID-19,” jelasnya dikutip dari keterangan pers dikutip pada Kamis (9/6).
Wiku mengatakan bahwa perilaku manusia sangatlah vital menentukan besar penularan penyakit di dunia. Perilaku manusia berkaitan erat dengan mobilitas hingga aktivitas sosial ekonomi masyarakat. “COVID-19 telah membawa kita kepada darurat kebencanaan. Namun hikmahnya dapat melatih kita menyesuaikan diri untuk merubah perilaku dalam waktu singkat,” jelasnya.
Karenanya tak heran, baik pemerintah Indonesia maupun negara lain berupaya keras mengendalikan gas-rem agar kondisi kesehatan terus membaik seiring terus menggerakkan roda ekonomi. Terkait perilaku, ia mengatakan hasil studi Hanratty et al (2021) terkait pandemi influenza di tahun 2009 menyatakan, kunci mencegah potensi pandemi selanjutnya ialah perilaku hidup bersih dengan menjaga jarak maupun menjauhi kerumunan.
WHO sendiri, per Mei 2022 lalu, dengan prinsip, “Patuhi Bersama, Terlindungi Bersama”, telah memperbaharui rekomendasi perilaku masyarakat dalam beraktivitas. Dengan menyesuaikan kondisi kasus COVID-19 secara global. Ada 6 rekomendasi yang dikeluarkan WHO.
Pertama, Inisiatif mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal dengan mengikuti kaidah yang berlaku. Kedua, usahakan menjaga jarak jika mampu, bahkan dengan orang tampak sehat, sekaligus menjauhi kerumunan. “Untuk menjamin proteksi terbaik dari penularan selama pandemi COVID-19 belum dinyatakan usai,” imbuh Wiku.
Ketiga, gunakan masker yang sempurna menutupi mulut dan hidung ketika sulit menjaga jarak, sedang berada dalam ruangan tertutup atau bersirkulasi udara minim. Keempat, rajin membersihkan tangan dengan tisu basah beralkohol, sabun, atau air.
Kelima, terapkan etika menutupi mulut dan hidung saat batuk dan bersin. Bisa menggunakan siku, atau tisu. Jika dengan tisu, maka buanglah segera dan mencuci tangan setelahnya. Dan keenam, jika bergejala mirip COVID-19, segera periksakan diri dan inisiatif isolasi mandiri sampai sembuh.
“Rekomendasi perilaku bersih yang berkelanjutan ini diharapkan berdampingan dengan sikap kepercayaan diri masyarakat dalam menerapkannya. Serta didukung dengan edukasi kesehatan yang baik,” tambah Wiku.
Lalu, dalam menyongsong kehidupan pasca pandemi COVID-19, UNESCO sebagai lembaga pendidikan dan kebudayaan dunia telah menyusun 9 aksi publik. Salah satunya memastikan literasi saintifik tidak terlepas dari kurikulum pendidikan formal.
Selain dari segi perilaku, UNICEF sebagai lembaga dunia yang peduli kesejahteraan ibu dan anak, juga merekomendasikan penguatan infrastruktur kesehatan perlu diteruskan dan ditingkatkan. Dengan perbaikan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, perbaikan pencatatan dan pelaporan kasus (surveilans), pemberdayaan masyarakat, vaksin COVID-19 menjadi program imunisasi rutin, serta memperkuat aspek logistik dan pasokan material dan alat kesehatan.
Dari rekomendasi-rekomendasi ini, sudah sepatutnya dibarengi penelitian maupun program pemantauan implementasinya di lapangan. Agar dipastikan berjalan baik dan berkelanjutan, tidak terkesan baru, sehingga mengakar dan membudaya.
Terakhir, untuk melengkapinya, akan sempurna dengan turut menegakkan perilaku sehat menyongsong kehidupan pasca pandemi COVID-19. Yaitu cukup tidur, tetap terhidrasi, makan makanan yang sehat dan bernutrisi, serta tetap aktif dengan berolahraga.
“Jadi kunci masyarakat tetap aman beraktivitas ialah menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)
Credit: Source link