Bekerja atau berprofesi, apalagi di sebuah kantor besar, pasti harus terkoneksi dengan banyak orang di sana. Dengan banyak ragam sifat dan perilaku. Mudah? Mungkin sering kali tidak.
—
ADA hal-hal yang harus jadi perhatian untuk ditata. Di antaranya adalah mindset (kerangka berpikir) dan attitude (sikap pikir yang berwujud pada perilaku).
Mengapa perlu menyiapkan diri dengan menata mindset? Agar kita paham dan bertata pikir objektif dan efektif bahwa:
a. Kehadiran kita di kantor adalah untuk bekerja. Melaksanakan tugas sesuai kesepakatan.
b. Fokus berada di kantor adalah untuk berproduksi optimal.
c. Wajib menggunakan waktu seefektif mungkin dalam tugas.
d. Wajib mengoptimalkan diri, berkontribusi, dan kooperatif sebagai bagian dari sebuah tim kerja.
Mengapa ini penting? Karena tanpa memiliki mindset yang kuat tentang fokus kehadiran kita di kantor, kita bisa mudah terbawa pada hal-hal yang kontraproduktif. Misalnya, sering mengobrol di saat bekerja (ini sangat buruk jika dilakukan, terutama bila sambil melayani pelanggan), menggunakan jam kerja untuk berkomunikasi dengan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan (via WA, e-mail, telepon), menggunakan jam makan siang lebih lama (terlebih jika atasan sedang tidak ada), atau mungkin mudah terpengaruh diajak meninggalkan tugas di saat jam kerja, misalnya untuk shopping.
Apakah hal-hal tersebut bisa berdampak? Tentu saja.
1. Secara produktivitas, kita tidak akan melahirkan karya terbaik yang seharusnya kita kontribusikan.
2. Lingkungan kerja pasti akan merasakan kinerja kita yang tidak optimal.
3. Kepercayaan lingkungan kerja pada kita rendah.
4. Karier kita tidak pesat meningkat.
Nah, jelas bukan bahwa mindset yang kita miliki sangat erat berhubungan dengan attitude? Yang bisa berwujud perilaku-perilaku tidak profesional, yang akan diamati lingkungan? Apalagi realitas bahwa kantor itu adalah sebuah area sosialisasi profesi yang heterogen. Ada banyak hal di sana seperti kompetisi, rasa iri, sikap like and dislike, ’’baper’’, dan sebagainya.
Jadi, bagaimana sebaiknya membangun sebuah professional attitude?
a. Mengoptimalkan kompetensi kerja yang unggul.
b. Disiplin dan kontributif sesuai kesepakatan, bahkan lebih dari yang diharapkan.
c. Bersikap elegan, tidak show off atas prestasi diri agar tidak bikin iri.
d. Kooperatif dan komunikatif, mau dan mampu bekerja sama untuk hal-hal positif.
e. Mengkritik/mengoreksi dengan santun, objektif, humble, manis, dan tidak berlebihan.
f. Asertif (tegas dan sopan), punya sikap/pendirian, tidak mudah ikut arus tertentu.
g. Mau membantu yang lain selagi ada waktu/memungkinkan.
h. Ikut bergaul dengan manis, tapi secukupnya.
i. Tampil sepantasnya, sesuai jabatan dan lingkungan. Tidak overpresent.
*) Baby Joewono, founder & trainer of Baby Joewono Soft Skills Center
Credit: Source link