Untuk itu, pengurus Bike To Work (B2W), Qornus berharap Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) dapat dimaknai masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi yang ramah lingkungan, misalnya sepeda.
“Sesuai dengan campaign yang digerakan oleh B2W, dengan menjadikan sepeda sebagai alat transportasi harian, maka akan terus kami gaungkan untuk menekan angka polusi. Negara-negara berkembang saja pesepeda hanya menempati 3 persen dari jumlah penduduknya. Tetapi angka itu sudah sangat membantu untuk mengurangi emisi gas buang,” kata Qornus saat dihubungi ANTARA, Selasa.
Ia mengatakan, tantangan untuk menggaungkan sepeda sebagai alat transpotasi utama adalah masyarakat Indonesia cenderung bergantung pada kendaraan bermotor.
“Masyarakat kita cenderung ketergantungan dengan kendaraan bermotor, HBKB sangat penting karena perannya begitu besar dalam mengurangi polusi. Dari data yang kami dapat, hanya beberapa hari saja tingkat kesehatan udara yang sehat bahkan pernah tidak ada dalam 1 bulan udara kita bersih dari emisi gas buang,” ungkap Qornus.
Baca juga: Sepeda BMX lahir kembali dengan penggerak listrik
Baca juga: Olahraga yang jadi tren selama adaptasi kebiasaan baru
Ia menimpali, “Semoga HBKB membawa kita lebih sadar pentingnya bersepeda dan menjadikannya alat transportasi harian untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan hanya pesepedanya tetapi untuk kita semua.”
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Seli Selatan (SelSel) Ismail Mardjuki mengatakan HBKB yang sebenarnya sudah dilaksanakan pada hari Minggu di berbagai kota di Indonesia adalah bentuk kampanye bagi masyarakat untuk saling menjaga kualitas udara.
“CFD itu hari dimana yang ditujukan untuk mengkampanyekan kepada masyarakat untuk menurunkan kebiasaan atau ketergantungan pada masyarakat terhadap kendaraan-kendaraan bermesin atau bermotor,” kata Ismail.
Dia meyakini kualitas udara akan makin bersih, segar dan biru jika masyarakat mau menggunakan sepeda untuk kegiatan sehari-hari, atau setidaknya meminimalisir memakai kendaraan bermotor probadi.
“Sebagai contoh beberapa negara di Eropa, yang terbiasa menggunakan sepeda daripada kendaraan bermotor. Namun, memang kendaraan bermotor di Indonesia cenderung tinggi jumlahnya ketimbang pengguna sepeda ya,” kata Ismail.
“Tetapi, perlu diingat bahwa beberapa momen di awal PSBB waktu itu langit kita biru dan udara segar, karena berkurangnya volume kendaraan dan masyarakat beralih ke sepeda untuk mobilisasi mereka, kalau itu diteruskan maka udara Jakarta akan lebih baik,” tambah dia.
Dalam Hari Bebas Kendaraan Bermotor ini, SelSel yang sudah memiliki 300 anggota berharap, masyarakat atau kelompok/komunitas lebih peduli dan mau berpindah ke moda yang lebih baik lagi.
“Saya berharap HBKB menjadikan masyarakat atau kelompok dan komunitas lebih peduli dan mau berpindah kemoda yang lebih baik lagi, dengan mengurangi intensitas menggunakan kendaraan bermesinnya, dan semoga HBKB ini menjadi momen wajib dan dipenting dilaksanakan di seluruh Indonesia,” terang dia.
Baca juga: Mobil konsep Canyon digowes seperti sepeda
Baca juga: Anza dari Monday Motorbikes, sepeda listrik berdesain unik
Edukasi taat lalu lintas
Sambutan baik juga datang dari komunitas OtoGowes yang menilai bahwa giat bersepeda yang sedang tren saat ini dapat membuat masyarakat lebih peduli dengan kebugaran tubuhnya.
“Fenomena ramainya masyarakat bersepeda tentu bagus. Apalagi sepeda menjadi salah satu olah raga yang direkomendasikan oleh WHO dan pemerintah,” ungkap Ketua Umum OtoGowes, Vierko.
Kendati demikian, semakin banyaknya pengendara sepeda di jalan, maka ada tugas lain yang perlu dijalankan masyarakat dan komunitas, yakni menekankan pentingnya wawasan untuk mengendarai sepeda secara baik dan benar guna menghindari risiko celaka di jalan.
“Sayangnya, masih banyak pesepeda yang belum taat peraturan lalu lintas. Oleh karena itu, pesepeda (apapun jenisnya) mentaati peraturan lalu lintas layaknya kendaraan lain dan selalu mematuhi protokol kesehatan,” kata dia.
“Kami OtoGowes yaitu kumpulan jurnalis otomotif yang hobi bersepeda selalu berusaha memberikan contoh sederhana kepada masyarakat bagaimana tertib dan mematuhi peraturan lalu lintas saat gowes bareng,” tambah dia.
Untuk informasi tambahan, Car free day pertama kali hadir pada pada 25 November 1956 ketika Belanda melaksanakan hari bebas kendaraan setiap hari Minggu. Pada 1995, Prancis sudah menggelar acara untuk memperingati Green Transport week di Kota Bath yang diikuti oleh semua masyarakat.
Pada 22 September 2000, diadakanlah European Car Free Day kemudian hari itu ditetapkan tanggal Car Free Day internasional.
Baca juga: Pakar: Bersepeda baik asal patuhi protokol kesehatan
Baca juga: Shimano EP8, motor listrik untuk sepeda gunung
Pewarta: KR-CHA
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020
Credit: Source link