JawaPos.com – Secretary General of United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Rebeca Grynspan menyampaikan Bali Kompendium hadir di waktu yang tepat. yakni di tengah dunia saat ini di tengah beragam krisis, ketimpangan kesejahteraan yang parah, dan ketidakstabilan global yang kronis.
“Negara-negara hampir tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi guncangan eksternal seperti bencana alam, kondisi darurat pada kesehatan masyarakat seperti Covid-19, kenaikan suku bunga acuan, dan perang,” kata Grynspan dalam Deklarasi Compendium Bali dan Peluncuran Panduan Investasi Berkelanjutan di Bali, Intercontinental Bali, Kabupaten Badung, Bali, Senin (14/11)., Senin (14/11).
Ia juga menjelaskan, guncangan-guncangan eksternal tersebut bagi Grynspan telah mempersempit margin negara untuk berinvestasi. Padahal, investasi justru lebih dibutuhkan dalam kondisi saat ini ketimbang sebelumnya untuk bersiap menghadapi perubahan iklim dan pulih secara inklusif, guna mencapai Sustainable Development Goals (SDG).
“Saat kami mengadopsi agenda 2030 pada tahun 2015, kesenjangan investasi sudah tinggi yaitu USD 2,5 triliun. Namun dengan perubahan iklim, pandemi Covid-19, dan perang di Ukraina, kesenjangan investasi sekarang mendekati USD 4 triliun,” ujarnya.
Krisis dan guncangan juga membuat peningkatan investasi SDG batal terjadi. Maka, hadirnya Kompendium Bali menurut Grynspan memberikan tawaran solusi cerdas untuk tantangan investasi yang akan dihadapi dunia.
“Karena berisi pengalaman yang dapat dipelajari berbagai negara dan membuktikan bahwa satu solusi tidak dapat berlaku di seluruh negara, melainkan harus menyesuaikan kondisi masing-masing negara yang berbeda,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia membeberkan latar belakang penyusunan Bali Kompendium yang diresmikan hari ini, Senin (14/11). Menurutnya, melalui Bali Kompendium antar negara G20 bisa memiliki sikap saling menghargai untuk menentukan arah kebijakan investasi berdasar keunggulan kompetitifnya.
Sehingga, kata Bahlil, tidak ada negara-negara yang merasa lebih berhak dan mengatur negara lainnya terkait investasi karena tidak relevan dengan perkembangan global saat ini.
“Gak bisa Indonesia disamakan dengan Amerika atau negara Eropa lainnya. Kita merebut kemerdekaan dengan cara perjuangan. Kita punya adat ketimuran, kita punya budaya yang berbeda dengan mereka. Masa mereka harus samakan itu dengan pola investasi. Saya katakan tidak. Dasar itulah yang melatarbelakangi penyusunan Bali Kompendium,” kata Bahlil.
Ia menjelaskan, penyusunan Kompendium Bali merupakan salah satu hasil kesepakatan dalam klaster investasi pada pertemuan tingkat Menteri G20/ Trade, Investment, and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) yang berlangsung pada 22-23 September 2022 lalu di Bali.
Bahkan, Bahlil menyebut Bali Kompendium merupakan yang pertama dalam sejarah. Tak hanya bermanfaat bagi Indonesia tetapi bagi seluruh negara yang terhimpun dalam G20.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link