SEMARAPURA, BALIPOST.com – Sejak terjadi pandemi COVID-19, sektor pariwisata di Bali terpuruk. Ini sudah berlangsung sejak Maret 2020, membuat ratusan warga yang hanya andalkan pariwisata kini alih profesi menjadi petani.
Seperti di Nusa Penida, Klungkung, pelaku pariwisata setempat kini serius beralih menjadi petani porang. Cuaca juga kebetulan mendukung mereka untuk bertani.
Musim hujan mulai turun sejak Desember ini di wilayah Kepulauan Nusa Penida, menjadi harapan baru masyarakat setempat, di tengah redupnya pariwisata yang menjadi andalan selama warga selama ini. Ketidakpastian arah pariwisata membuat pelaku pariwisata serius bertani porang.
Ketua Kelompok Tani, Gede Rai, Rabu (16/12), mengaku mencoba menanam tanaman jenis poran. Selain prospek bagus juga mengajak warga lain yang memiliki nasib serupa, agar tetap bisa survive dan produktif.
“Ke depan, porang dipercaya memiliki prospek cerah sebagai bahan makanan yang akan diekspor ke China, Korea dan sejumlah negara lain di Eropa,” katanya.
Gede Rai mengaku membentuk kelompok tani sejak Juni lalu. Fokusnya selama COVID-19 ini dialihkan ke pertanian.
Sambil belajar, per orang menaman sekitar 200 pohon. Jadi, ada 25 anggota di dalam kelompok tani, sehingga sudah ada sekitar 5 ribu pohon porang yang ditanam di daerah Desa Sekartaji, Pejukutan dan Tanglad.
Petani lainnya, Wayan Yasa mengaku tertarik menanam tanaman jenis porang, selain Pulau Nusa Penida sebagai wilayah tandus, porang sedikit memerlukan air, karena hanya mengandalkan air hujan. Memilih menanam porang, juga untuk menghindari adanya hama kera yang selalu merusak tanaman petani, utamanya jenis palawija hingga umbi-umbian lain bahkan sampai kelapa tidak bisa berkembang dengan baik dirusak kera. “Kalau porang, itu umbi yang rasanya pahit, sehingga tidak akan dimakan oleh kera. Jadi, yang biasa nanam ubi kayu, jagung, kacang-kacangan, palawija, dialihkan ke porang. alasannya tanaman seperti jagung dan sayur itu kendala hama kera,” katanya. (Bagiarta/balipost)
Credit: Source link