JawaPos.com – Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Bidang Pembangunan Energi, Migas dan Minerba (PEMM), Muhamad Ikram memandang penyesuaian harga BBM merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan rakyat. Ikram menilai bahwa subsidi BBM yang selama ini dilakukan, kurang tepat sasaran.
Dia sepakat bahwa penggunaan BBM bersubsidi selama ini justru di dominasi oleh masyarakat mampu. “Ketika pemerintah menaikkan harga Pertamax, metrka beralih memakai Pertalite. Kami lihat ada upaya mengambil hak ekonomi masyarakat kelas bawah dan kami nilai tidak tepat sasaran,” ujarnya.
Dia mengatakan lebih tepat subsidi diberikan terhadap manusianya dan bukan komoditinya. “Kalau misalkan yang di subsidi manusianya, maka kemampuan dan daya beli masyarakat itu meningkat,” pungkasnya.
Menurutnya, pemerintah bisa mengalokasikan APBN untuk hal-hal yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat, seperti pendidikan, infrastruktur, kesehatan, UMKM dan lain sebagainya.
Ekonom Fasial Basri menilai penggunaan BBM bersubsidi selama ini didominasi oleh mobil pribadi yang merupakan masyarakat mampu. Pengguna BBM bersubsidi kategori kendaraan roda 4, sebanyak 98,7 persen adalah mobil pribadi. “Masa orang miskin yang punya mobil pribadi?” katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta.
Dia juga menilai bahwa pemberian subsidi lebih tepat bila diberikan langsung ke masyarakat yang berhak menerima. “Lebih baik dikasih ke orangnya daripada ke komoditinya”, ujarnya
Terkait mekanismenya, Faisal memandang bahwa Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan upaya mengalihkan subsidi agar tepat sasaran bagi masyarakat yang berhak. “Tunai. Langsung ke orangnya. 100 persen dinikmati oleh pesertanya”, tegasnya.
Dia juga mendukung agar bantuan kompensasi diberikan kepada sektor transportasi umum, sebagai langkah untuk mengurangi beban masyarakat terhadap penyesuaian harga BBM. “Insya Allah, ini jauh lebih bagus ya. Mengangkat konsumsi masyarakat kelas bawah”, terang Faisal Basri.
Credit: Source link