Proses operasi bedah (Foto: Dok. Peraboi)
Tenggarong, Jurnas.com – Sebanyak 52 pasien kanker dioperasi secara masal oleh dokter onkologi yang tergabung dalam Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi), di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, pada Minggu (20/10). Operasi kanker massal ini merupakan yang pertama dan terbesar di Indonesia.
Ketua Peraboi, dr. Walta Gautama SpB(K)Onk mengatakan operasi dilakukan di dua tempat. “Operasi mayor terhadap tujuh pasien dilakukan di RSUD AM Parikesit Tenggarong. Sedangkan 45 orang lainnya melakukan operasi minor di pendopo Bupati,” terang Walta.
Lebih lanjut Walta menjelaskan, operasi yang dilakukan meliputi kanker kulit, lymphedema, kanker tiroid, kanker payudara serta kanker wajah, tanpa dipungut biaya.
“Ini merupakan kegiatan bakti sosial Peraboi sebagai wujud pengabdian kami pada masyarakat,” sambung Walta.
Kata onkologi menurut Walta acapkali masih terasa asing di telinga. Dia berharap istilah yang berasal dari Bahasa Yunani ini tidak ditakuti dan akrab di masyarakat.
Onkologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mengkhususkan pada diagnosis dan pengobatan kanker. “Jadi Onkologi adalah bidang ilmu kesehatan khusus ppenanganan kanker, mulai dari pemeriksaan kanker sampai perawatan paliatif,” terang dia.
Walta menerangkan, seorang ahli onkologi bertanggung jawab untuk mendiagnosis kanker, menentukan rencana pengobatan yang tepat, mengatur dan mengawasi jalannya pengobatan, serta tindakan pencegahan dari kekambuhan kanker itu sendiri.
Adapun pada 1984, para ahli onkologi di Indonesia akhirnya membentuk Peraboi. Namun selama ini, kata dia, banyak orang beranggapan Peraboi hanya menangani kanker payudara.
“Tapi sebenarnya Peraboi menangani kanker secara meyeluruh di antaranya kanker tiroid, kanker kepala leher, kanker kulit, kanker jaringan lunak seperti otot dan jaringan di bawah kulit, mulai dari deteksi dini, diagnostik, terapi termasuk rekonstruksi pasca pengangkatan tumor, tindakan kemoterapi dan terapi terhadap beberapa komplikasi pasca bedah,” ungkap Walta.
Di usia Peraboi yang ke-35 tahun, Walta berharap agar masyarakat yang tidak terlayani dengan BPJS atau kurang mampu mendapatkan akses terapi medis yang tepat dari awal, dapat menikmati layanan bedah dari ahlinya tersbut.
“Ke depan tentunya ini akan memotivasi kesiapan dan ketersediaan ahli bedah onkologi yang mumpuni di setiap daerah di Indonesia, sehingga pasien kanker dapat berobat di tempat asalnya tanpa perlu harus ke Jakarta atau kota besar lainnya,” ujar dia.
Walta menambahkan, guna memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada penyintas kanker, pihaknya memerlukan wadah untuk kerjasama agar dapat memperkenalkan apa yang menjadi domain penanganan kanker dari Peraboi, salah satunya Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yang khusus menangani kanker payudara.
“Ke depan tentunya Peraboi terbuka untuk berkolaborasi dengan organisasi atau institusi dalam penanganan kanker lainnya,” jelas dia.
Selain berkolaborasi dengan YKPI dan melakukan bakti sosial, selama tiga hari terakhi Peraboi juga menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT).
Secara terpisah, dr. Zainal Abidin SpB(K)Onk, ketua panita PIT ke-25 mengatakan dengan adanya pertemuan ini masyarakat diharapkan akan lebih mengenal kanker lebih jauh lagi dan jangan takut berobat ke dokter.
“Peraboi juga berharap dari pertemuan ini masyarakat akan lebih tahu lagi bagaimana temuan-temuan kedepan tentang pengobatan kanker terkini. Karena saat ini penanganan kanker tidak hanya sebatas operasi atau kemoterapi, tetapi juga bisa dilakukan rekonstruksi yang hampir sempurna bahkan operasi mikro dan super mikro juga dapat dilakukan,” kata Zainal.
“Dengan pertemuan ini Peraboi juga diharapkan dapat menjadi leader dalam penanganan kanker secara multi disiplin. Agar dari awal atau sejak dini hingga kanker stadium akhir dapat kita tangani,” tambah dia.
Ditanya soal jenis kanker dengan jumlah pasien terbanyak, Zainal mengungkapkan angka kejadian kanker payudara adalah yang tertinggi. Hal ini senada dengan upaya YKPI dalam menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut dengan salah satu faktornya adalah menunda pengobatan pasien dari daerah ke Jakarta.
“Banyak sekali pasien asal daerah yang kini tinggal di rumah singgah YKPI di kawasan Slipi Jakarta itu datang ke Jakarta sudah dalam kondis stadium lanjut, karena selain takut dan malu untuk berobat juga karena tidak adanya ketersediaan sarana pengobatan di daerah asalnya,” kata Ketua YKPI Linda Gumelar.
TAGS : Operasi Massal Peraboi Kanker
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/61178/Begini-Penampakan-Operasi-Kanker-Massal-Pertama-di-Indonesia/