—
SEBELUM membahas etika memberikan tip, kita harus memahami inti dari dasar etika. Dasar dari etika adalah bagaimana kita selalu bisa menyenangkan orang lain. Always want to please everybody.
Sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai pikiran dan perasaan terhadap sesama, sudah sepatutnya kalau dalam kehidupan kita sehari-hari juga bisa memanusiakan semua orang tanpa memandang strata, derajat, dan warna kulit.
Demikian juga dalam hal etika memberikan tip. Pada dasarnya, kalau di luar negeri, pemberian uang tip merupakan budaya dan keharusan. Sementara itu, di Indonesia tidak ada ’’keharusan’’ bagi kita untuk memberikan tip setelah selesai mendapatkan pelayanan, misalnya ketika ke restoran, salon atau spa, dan hotel.
Sebab, biasanya di dalam nota tagihan sudah ada tambahan service charge. Namun, yang namanya kepuasan hati saat merasakan pelayanan dari seseorang tentu tidak bisa dinilai dengan berapa rupiah yang akan kita keluarkan.
Untuk itu, tidak ada salahnya apabila kita memberikan tambahan atau uang tip bagi petugas/staf yang melayani kita. Pada umumnya, nominal tip yang biasa dijumpai adalah 10–15 persen dari jumlah tagihan. Apabila jumlah tagihan dirasa sudah terlalu tinggi, kita tidak harus berpatok pada persentase tersebut, tetapi sesuai kerelaan kita.
Siapa saja dan bagaimana situasi yang layak diberi tip, antara lain, sebagai berikut:
• Pegawai salon
Bagi yang sering treatment di salon, tak jarang punya pegawai langganan karena cocok dengan pelayanannya. Alangkah senangnya jika orang tersebut diberi tip sebagai tanda terima kasih. Misalnya, tarif hair spa di salon tersebut Rp 150 ribu, kita bisa memberikan tip dengan kisaran mulai Rp 15 ribu. Jika mengambil beberapa treatment dan dilayani lebih dari satu staf, pertimbangkan untuk memberikan tip kepada masing-masing di antara mereka.
Credit: Source link