Tren kenaikan suku bunga global ikut mengerek BI rate. Instrumen investasi yang fokus pada pasar uang, seperti reksa dana dan deposito, akan diuntungkan. Keduanya menjadi alternatif terbaik investasi jangka pendek dalam kondisi saat ini.
—
CEO PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim mengatakan, reksa dana pasar uang menjadi salah satu solusi ketika ekonomi global sedang berada pada tren pengetatan kebijakan moneter. ’’Tren pengetatan moneter menjadi perhatian pelaku keuangan. Instrumen jangka pendek menjadi solusi. Salah satunya adalah reksa dana pasar uang,” ujarnya.
Dia memaparkan beberapa keunggulan reksa dana pasar uang dibandingkan produk instrumen pasar uang lainnya, seperti tabungan dan deposito. Yaitu, bebas pajak, tidak ada biaya jual beli, diversifikasi portofolio, serta likuid karena penarikan dana bisa dilakukan setiap waktu. Dan, nilai minimal investasi rendah.
Menurut pengamatan Mirae Asset Sekuritas, salah satu faktor utama pendorong masyarakat berinvestasi adalah pengembangan instrumennya, baik secara offline maupun online. Selain itu, adanya edukasi berkelanjutan yang menjadi ujung tombak perseroan dalam usaha mendemokratisasi investasi.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) pada 23 Agustus 2022 telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 3,75 persen. Kenaikan tersebut kali pertama diambil BI sejak Desember 2018. Kala itu, BI menurunkan suku bunga acuannya dari 6 persen menjadi 3,5 persen.
Jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksa dana pasar uang mengalami kenaikan pada Juli 2022. Menurut data pasardana, AUM naik 1,43 persen menjadi Rp 100 triliun dibandingkan Juni 2022 sebesar Rp 99 triliun. Unit penyertaan juga turut terkerek dari sebelumnya Rp 66 triliun menjadi Rp 67 triliun.
Head of Fixed Income Avrist Asset Management Zaki Aulia menambahkan, ke depan reksa dana pasar uang dan deposito cukup menarik karena bisa dijadikan alternatif investasi saat pasar saham dan obligasi sedang mengalami sideways dan penuh ketidakpastian.
Reksa dana pasar uang masih mampu memberikan imbal hasil yang relatif menarik, terutama bila dibandingkan dengan imbal hasil di deposito ataupun giro. Menurut Zaki, yield ke depan bisa berada di kisaran 3–4 persen.
COO Bareksa Ni Putu Kurniasari menjelaskan, pelaku pasar saat ini mengkhawatirkan resesi global. Meski, dampaknya ke investasi di Indonesia tidak terlalu besar. ”Ekonomi Indonesia masih aman. Meski sempat kita merasakan kenaikan harga minyak goreng, sekarang mulai stabil karena supply dijaga baik,” ujarnya.
Dengan suku bunga acuan secara global naik, beberapa aset, seperti obligasi negara dan saham-saham di negara berkembang, bisa terkena dampaknya. Makanya, yield obligasi negara Indonesia juga ikut naik, yang mengindikasikan harganya turun. ”Maka, untuk short term condition 1–2 bulan ke depan, saya prefer investasi yang low risk. Tidak bergantung fluktuasi. Misalnya, produk reksa dana yang berbasis deposito,” tuturnya.
Ekonom Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menyebutkan, dengan kenaikan suku bunga BI, perbankan akan menaikkan bunga produk depositonya. Hal itu merupakan penyesuaian yang lumrah terjadi. Sebab, perbankan tidak ingin simpanan nasabah di deposito ditarik lantaran mereka sudah tidak tertarik dengan bunga yang ditawarkan.
’’Jadi, kenaikan suku bunga acuan itu nanti berimbas pada bunga deposito yang pasti disesuaikan,’’ ujarnya.
Bhima menambahkan, jika bank tidak menaikkan bunga deposito di kala kenaikan suku bunga BI, imbal hasil dari deposito akan tergerus inflasi. Hal itu membuat nasabah menarik simpanan depositonya dari bank dan mengalihkan dananya ke instrumen investasi lain yang dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi.
’’Bunga deposito naik untuk jaga likuiditas perbankan. Deposannya happy, uangnya tetap di perbankan disimpan, tidak jadi dialihkan ke aset lainnya,’’ tandasnya.
RATA-RATA SUKU BUNGA DEPOSITO RUPIAH
Tenor | Suku Bunga
1 Bulan | 3,03%
3 Bulan | 3,20%
6 Bulan | 3,29%
12 Bulan | 3,25%
RATA-RATA RETURN REKSA DANA PASAR UANG
Tenor | Return
1 Bulan | 1%
3 Bulan | 2%
6 Bulan | 3%
12 Bulan | 4%
Diolah dari berbagai sumber
Credit: Source link