Suku bunga perbankan yang masih rendah bisa dimanfaatkan investor untuk membeli properti melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Namun, harus memperhatikan kondisi keuangan dan lokasi perumahan sebelum berinvestasi.
—
CERTIFIED Financial Planner Finansialku Shierly menuturkan, rumah menjadi pilihan tepat untuk berinvestasi tahun ini. Dengan syarat, dana sudah tersedia. Minimal untuk membayar uang muka alias down payment (DP).
Masyarakat yang hendak mengambil properti secara KPR tentu harus memperhatikan penghasilan dan kondisi keuangan saat ini. Yakni, harus mampu membayar cicilan tepat waktu. ’’Perlu diperhitungkan dengan DP yang sesuai dengan simulasi KPR, angsuran maksimumnya jangan sampai melebihi 30 persen dari penghasilan,’’ terangnya saat dihubungi Jawa Pos pada Jumat (16/9).
Selain uang muka, angsuran bulanan ditentukan rentang waktu alias tenor KPR. Sebelum memilih tenor cicilan, sebaiknya memikirkan dulu adakah rencana keuangan. Apalagi yang perlu diperhatikan. Dengan demikian, tidak memberatkan kondisi finansial setelah berkomitmen memenuhi kewajiban KPR.
Banyak faktor yang menentukan prospek investasi ke depan. Mulai lokasi, pengembang, hingga potensi pasarnya. ’’Mau jadi kos, sewa, atau dipakai bisnis,” imbuhnya.
Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi saat ini, masyarakat menengah ke bawah paling sensitif dengan inflasi tinggi. Kemudian, itu bisa menjadi efek domino di kelompok menengah dalam jangka panjang. Jika melihat dari sudut pandang pengembang properti, Shierly menilai situasi saat ini lebih cocok menyasar segmen kelas menengah atas.
Sebab, kelompok masyarakat tersebut memiliki banyak uang cash. Selain itu, memiliki berbagai sumber penghasilan sehingga tidak terlalu sensitif dengan kenaikan inflasi.
Selain itu, lanjut dia, kaum urban yang bekerja di kota-kota besar dapat menghabiskan 30 persen dari pendapatan mereka untuk transportasi, terutama kendaraan pribadi. Penggunaannya untuk biaya bensin yang tak menentu harga, jalan tol, parkir, dan pemeliharaan mobil atau sepeda motor. Bahkan, depresiasi nilai kendaraan menjadi biaya yang tidak sedikit harus ditanggung.
Namun, jika mereka tinggal di kawasan yang mudah menjangkau transportasi publik, fasilitas pendidikan, kesehatan, maupun kebutuhan sehari-hari, biaya-biaya perjalanan tersebut dapat dikurangi sangat signifikan.
’’Mereka dapat memanfaatkan penghematan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup seperti menyekolahkan anak di sekolah yang lebih baik dan menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas,’’ paparnya.
General Manager Citra Harmoni Sidoarjo Vica Yustisiana menyatakan, isu inflasi global serta kenaikan harga BBM diproyeksikan membuat kenaikan rerata harga barang dan jasa melambung dalam waktu dekat. Momen seperti itu membuat masyarakat menengah ke atas justru mengejar untuk menanam modal. ’’Harga properti yang tidak pernah mengalami penurunan menjadi incaran mereka,’’ ujarnya.
EVP Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Welly Yandoko menyatakan, tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi di sektor properti. Sebab, tren suku bunga masih rendah. Dengan catatan, calon debitur memiliki cash flow atau arus kas yang pas.
Menurut dia, tanda-tanda arah investasi di sektor properti sudah terlihat jelas. Saat ini pertumbuhan KPR di BCA sebesar 8,5 persen dengan nilai sekitar Rp 110 triliun. ’’Time to buy kalau ada cash flow yang pas atau tidak terpakai untuk masuk ke sektor properti,’’ ujar Welly saat ditanyai Jawa Pos.
Dia juga menyebutkan, mayoritas nasabah memilih tenor KPR berkisar 10 sampai 15 tahun cicilan. Dengan plafon harga rumah mulai Rp 500 juta hingga Rp 1,5 miliar. ’’Ini range favorit nasabah. Rata-rata mereka baru kali pertama membeli rumah,’’ ujarnya.
Apalagi, tren suku bunga yang rendah akan mengalami kenaikan ke depannya. Jika ditunda, tentu harga rumah akan semakin mahal. Begitu pula cicilannya.
SUKU BUNGA DASAR KREDIT KONSUMSI KPR PERBANKAN
BRI: 7,25 persen
BTN: 7,25 persen
Bank Mandiri: 7,25 persen
BNI: 7,25 persen
BCA: 7,20 persen
CIMB Niaga: 7,25 persen
Maybank: 8 persen
OCBC NISP: 8 persen
Bank Permata: 8,25 persen
Bank Jatim: 7,24 persen
BJB: 7,96 persen
Sumber: OJK
Editor : Dhimas Ginanjar
Reporter : han/bil/c12/dio
Credit: Source link